Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Dakwah Nirkekerasan ‘Aisyiyah Tinjauan Teologis dan Praksis

Homepage

Dakwah Nirkekerasan ‘Aisyiyah Tinjauan Teologis dan Praksis

Sabtu, 27-07-2013
Dibaca: 2369

Jakarta – ‘Aisyiyah memandang tindakan kekerasan saat ini sudah merambah kesegala bidang kehidupan termasuk kekerasan bermotif keagamaan atau keyakinan. Sehingga perlu upaya pemahaman yang  utuh tentang Kekerasan agar menghasilkan pencegahan dan membawa kebaikan hidup bagi diri umat dan lingkungannya. Disinilah pentingnya menghadirkan perspektif spiritualitas yang bersifat teologis maupun praksis melalui kegiatan Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah tahun 1434 Hijriyah yang dilaksanakan Jum’at, 26 Juli 2013 dengan mengangkat tema “Nirkekerasan dalam Gerakan Dakwah ‘Aisyiyah Tinjauan Teologis dan Praksis”.

Dalam sambutannya Ketua PP ‘Aisyiyah  Prof. Dr. Hj Masyitoh Chusnan menyampaikan, ‘Aisyiyah sebagai gerakan dakwah dikalangan perempuan memiliki komitmen kuat untuk menjadikan Islam sebagai pemandu kehidupan yang meneguhkan dan mencerahkan kehidupan umat serta menjadikannya rahmatan lil-‘alamin baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus.

Acara Pengkajian Ramadhan yang dihadiri anggota PP ‘Aisyiyah dan perwakilan dari PWA Jawa Barat, PWA DKI Jakarta, PWA Banten serta utusan dari PDA Tegal, PDA se Propinsi DKI Jakarta itu diisi dengan tiga sesi materi kemudian dilanjutkan diskusi dengan peserta.

Sebagai Narasumber materi “Nirkekerasan dalam Gerakan Dakwah ‘Aisyiyah Tinjauan Teologis” menurut Prof. Dr. Hj Masyitoh Chusnan bahwa didalam sejarah islam kekerasan itu muncul disebabkan lebih pada kepentingan politik yang kemudian berlanjut hingga saat ini. Kita lihat di Indonesia Fanatisme golongan, bagaimana golongan yang satu menjatuhkan golongan yang lain, sama-sama Islam, contoh golongan khowarij saking kakunya memahami harfiah teks Al-qur’an, siapa yang tidak sealiran dengan golongannya akan dibunuh. Di Indonesia gampang sekali membunuh, gampang saling melukai padahal merknya Islam tapi sesungguhnya dia tidak memahami Islam bahwa Islam adalah Agama damai (rahmatan lil-‘alamin).

Tidak semua manusia berhasil memelihara rahmat yang diturunkan Allah kepada kita, bukankah kita menyaksikan serorang anak membunuh orang tuanya dan sebaliknya, ini contoh dilingkup kecil keluarga.

Dakwah yang Nirkekerasan harus menyejukkan semua umat manusia, sebagai khalifah fil ardh bagaimana berperilaku dan berbuat baik supaya kita hidup berdamai. Dalam Al-Qur’an menggambarkan 4 istilah konsep damai, yang pertama konsep Al-Amnu yang dimaksud adalah tidak ada rasa ketakutan dan dalam ketentraman jiwa. Yang kedua adalah As-Sulhu adalah damai dengan tidak melakukan kerusakan dan keburukan, yang ketiga Assakinah, damai dalam wujud kehidupan harmonis. Yang keempat Assilmi yaitu damai untuk menaikkan derajat yang lebih tinggi.

Selanjutnya dalam materi “Nirkekerasan dalam Gerakan Dakwah ‘Aisyiyah Tinjauan Praksis” yang disampaikan oleh HJ. Fal Arofah Windiani, M.Hum, Ph.D, menurutnya secara sosiologis kejahatan meliputi segala tingkah laku manusia, walaupun tidak atau belum ditentukan dalam undang-undang, dan pada hakekatnya oleh warga masyarakat dirasakan dan ditafsirkan sebagai tingkah laku atau perbuatan yang secara ekonomi, maupun psikologis, menyerang atau merugikan masyarakat, dan melukai perasaan susila dalam kehidupan bersama. Sehingga untuk mengatasi kekerasan di masyarakat harus ada upaya penegakkan hukum yang menghormati rasa keadilan masyarakat, memperkecil Gap ekonomi, meningkatkan solidaritas dan toleransi, Para pemimpin, harus melakukan instrospeksi diri, menjadi teladan atau panutan, Masyarakat harus diperkuat mentalnya melalui berbagai ajaran agam dan pemahaman terhadap ketentuan hukum yang berlaku.

Sedangkan menurut pemateri ke III Bapak Ahmad Fuad Fanani, Ph.D dari Maarif Institute mengatakan pada point makalahnya, cara menangkal paham gerakan radikalisme adalah dengan menguatkan ideologi Islam yang berkemajuan Muhammadiyah. Untuk menangkal, menanggulangi atau membendung gerakan radikalisme perlu pendekatan yang inofatif, terpadu, sistematis, serius dan komprehensif yang dilakukan tidak hanya pendekatan teologis saja tapi juga pendekatan ekonomis dan politis. (msr)


Tags: aisyiyah, nirkekerasan, pengkajian ramadhan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website