IMM Surabaya Gali Potensi Literasi dan Nalar Kritis Kader Melalui Dakwah Komunitas
Dibaca: 602
MUHAMMADIYAH.OR.ID, SURABAYA – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Surabaya menggelar Simposium Nasional pada hari Selasa (21/3) bertempat di gedung G-Inspire Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Acara yang bertema Redefinisi Konsep Gerakan Dakwah Komunitas Muhammadiyah dari Filantropi Hingga Dakwah Literasi ini mempersembahkan 11 karya tulisan yang terdiri dari 6 tulisan tentang filantropi dan 5 tulisan tentang literasi.
“Penulis adalah beberapa jajaran dari PC IMM Surabaya dan partisipasi dari kader IMM Se-Surabaya,” terang Addien, ketua pelaksana Simposium Nasional.
Dalam acara tersebut paper dipresentasikan oleh penulisnya serta dihadiri panelis utama antara lain Najib Hamid dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Arif’an dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya, dan Azrohal dari Dewan Pimpinan Daerah IMM Jawa Timur.
Acara terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama adalah sesi literasi dengan Najib Hamid sebagai pemantik jalannya diskusi dan Dani Nurcholis sebagai moderator. Lalu sesi kedua adalah sesi filantropi dengan Arif’an dan Azrohal sebagai pemantik jalannya diskusi dan Syafrizal Izaqi sebagai moderatornya.
Simposium nasional PC IMM Surabaya yang bekerjasama dengan UM Surabaya ini mempunyai tujuan meningkatkan daya literalisme kader IMM. “Selain itu, kami juga ingin meningkatkan nalar kritis dan keberanian berbicara di muka umum para kader IMM di Surabaya,” ucap Syafrizal Izaqi, Ketua Bidang Hikmah PC IMM Surabaya.
Oleh karena itu, tambah Zaqi, sebenarnya acara Simposium Nasional ini merupakan wadah bagi para kader untuk menyalurkan gagasan dan menggali potensi-potensi kader antara lain kemampuan menulis, menganalisa, dan menyampaikannya di depan umum.
Erni Mei Yuhroh, salah satu panelis perempuan dari komisariat UM Surabaya mengatakan konsep dakwah literasi bertujuan untuk senantiasa menjaga kemurnian dari suatu ajaran Islam. “Melalui literasi itu jauh lebih terjaga kebenaran keasliannya. Jadi semisal ada kesalahan itu bisa diketahui. beda kalau dengan argumen yang penyampaiannya dengan lisan, belum tentu kepastian kesalahan itu sama,” jelas Erni tentang papernya. (syifa)
Kontributor : Dwi Puti S
Tags: muhammadiyah, imm, literasi, dakwah, komunitas
Arsip Berita