Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Din Syamsuddin Nilai Pentingnya Islamisasi Sains

Homepage

Din Syamsuddin Nilai Pentingnya Islamisasi Sains

Selasa, 28-03-2017
Dibaca: 359

JAKARTA, MUHAMMADIYAH.OR.ID – Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyatakan pentingnya Islamisasi sains agar ilmu-ilmu pengetahuan lebih mengorientasikan diri kepada nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terkandung dalam Al Quran, misalnya nilai-nilai keadilan dan kebajikan terhadap sesama manusia.

"Khususnya ilmu-ilmu sosial yang seharusnya menekankan pada nilai-nilai humanisme. Islam menebarkan pesan rahmatan lil alamin, membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua manusia," kata Din pada International Conference on Islamic Humanities yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) di Jakarta, Kamis kemarin (23/3).

Menurut Din, ilmu-ilmu sosial sekarang ini justru mengajarkan hal yang tidak seiring dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti ilmu ekonomi yang praktiknya justru mempertajam kesenjangan sosial, atau ilmu politik yang mendorong pada kekuasaan.

Demikian pula ilmu-ilmu alam, karena banyak teknologi yang ternyata digunakan untuk membunuh manusia lain, dan merusak alam, ujar Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu.

Namun demikian, lanjut dia, bukan berarti ilmu-ilmu pengetahuan sudah gagal karena sains bisa diintegrasikan dengan nilai-nilai humanis dengan mengintegrasikannya dengan nilai-nilai keagamaan.

Sementara itu, Wakil Rektor Uhamka Gunawan Suryoputro pada konferensi yang dihadiri sejumlah perwakilan dari Malaysia, Thailand, Srilanka dan Inggris itu mengatakan, dalam ajaran Islam tidak ada dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama.

"Tapi kecenderungan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia selama ini telah memisahkan antara sains dan agama. Sekarang kita sudah semakin sadar bahwa ini tidak bisa dipisahkan. Kami sedang mengkaji lagi perlunya mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam ilmu pengetahuan," katanya.

Ia mengatakan, Uhamka sudah menggunakan kurikulum yang mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan agama, misalnya di Fakultas Psikologi.

"Jadi mahasiswa tidak hanya diajarkan teori psikologi dari Barat, tapi juga mengkaji psikologi dari perspektif Alquran. Ternyata ada titik temu antara ilmu-ilmu sosial dengan ilmu keislaman," katanya. (dzar)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website