Literasi untuk Kader Unggul
Dibaca: 330
Literasi untuk Kader Unggul[1]
Oleh Benni Setiawan
(Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan P-MKU Universitas Negeri Yogyakarta
Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
“Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah” (Imam Ghazali).
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer, 1988).
Survei Unesco menunjukkan tingkat literasi Indonesia yang sangat memprihatikan. Indonesia berada paling rangking ke-61 dari 62 negara yang disurvei. Data itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang suka membaca hanya sekitar 0,001 persen atau hanya satu orang yang suka membaca dari 1000 orang.
Survei itu dengan gamblang menunjukkan betapa masyarakat Indonesia—yang sebagian besar adalah muslim—belum mengamalkan ayat pertama yang diturunkan kepada Muhammad., S.A.W. Yaitu surat al-Alaq (96: 1-5). Ayat itu secara gamblang memerintahkan kepada kita untuk gemar membaca.
Membaca adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi mereka yang belum terbiasa. Namun, bagi yang sudah terbiasa, maka membaca adalah pekerjaan yang menyenangkan. Saat membaca kita akan menggerakkan indera-indera penting. Yaitu mata, konsentrasi, dan pendengaran. Tiga indera yang sangat penting bagi setiap manusia. Oleh karena itu, jika kita ingin sehat maka kebiasaan membaca menjadi sangat penting.
Setelah membaca maka tahap selanjutnya adalah menulis. Menulis adalah pekerjaan lanjutan dari membaca. Saat seseorang telah mampu membaca dengan baik, maka ia akan mempunyai banyak ide untuk ditulis atau dituangkan dalam gagasan. Gagasan inilah yang akan dikenang oleh orang lain.
Dua kegiatan itu kini perlu menjadi budaya bagi kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kader IMM perlu membudayakan gerakan literasi. Gerakan literasi ini akan menguatkan eksistensi IMM.
IMM Sleman misalnya, sejak doeloe merupakan pilar gerakan literasi. IMM yang didukung oleh mahasiswa IAIN kini UIN mempunyai tingkat literasi yang cukup memadai. Mereka pun gemar diskusi dengan mengadu ide yang mereka baca.
Oleh karena itu, kebiasaan baik itu perlu diwarisi. Kader IMM perlu menargetkan membaca buku setiap bulan minimal satu, dan meresensinya. Kader IMM juga perlu menulis setiap. Menulis yang tidak saja dikonsumsi diri sendiri namun dibagi untuk orang lain.
Tantangan perkembangan media hari ini memang membutuhkan ketekunan dan keberanian kader untuk bersuara. Kader tidak hanya jago ngoceh apa yang dikerjakan—ruang privat. Namun, mereka perlu menyuarakan kepentingan masyarakat. Tulisan menjadi alat untuk memberi pendidikan bagi orang lain.
Tulisan yang baik adalah yang keluar dari keresahan dan membangkitkan semangat juang pembaca. Tulisan itu hanya bisa lahir dari hasil permenungan dan bacaan yang memadai. Tulisan yang baik pun dapat mendorong seseorang untuk melakukan perubahan. Menggerakkan dan mendorong orang lain melakukan kebaikan.
Guna mewujudkan itu, selain kebiasaan membaca yang memadai, seseorang dituntut untuk mudah peka. Artinya, seseorang menulis karena ia mampu merasakan keresahan orang lain. Kepekaan terhadap masalah sosial ini membutuhkan latihan. Latihan itu berupa sering bergaul (berdiskusi) dengan orang lain dan mencatat setiap kejadian yang ia alami, lihat, dan rasakan. Mencatat kejadikan kecil dan menuangkan dalam tulisan dengan bahasa kita sendiri akan memudahkan seorang kader menulis masalah-masalah yang ruwet.
Membiasakan membaca dan mencoba menuliskannya dengan bahasa sendiri adalah cara mudah dalam menulis. Selain itu, menuliskan hal-hal yang dilihat dan dialami pun memudahkan seseorang menulis dengan jalan melatih kepekaan.
Pada akhirnya, mari memulai kebiasaan kecil dengan membaca, menulis, dan mengaktualisasikan apa yang sedang dialami. Bangsa Indonesia memanggil kader Ikatan untuk meningkatkan grade bangsa menjadi Negara literat. Mari membaca dan menulis !
[1] Tulisan ini pernah disampaikan dalam Darul Arqam Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu, 11 Februari 2017.
Foto Ilustrasi
Tags: muhammadiyah, literasi, kader, unggul
Arsip Berita