UN ke Depan Jangan Lagi Ada Yang Bocor
Dibaca: 2160
Kebocoran soal dan jawab dalam Ujian Nasional (UN) seperti bukan masah fatal. Hal ini terjadi setiap tahunnya, namun terus terjadi seperti tanpa penanganan serius. Hal itu sangat disayangkan oleh Muhammadiyah, karena pada dasarnya UN adalah bukan hanya pengerjaan soal tetapi juga tes kejujuran.
Bagi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad misalnya, dalam group BBM Muhammadiyah (20/4) menjelaskan bahwa kebocoran jawaban UN sebenarnya bisa terjadi dimana saja. Jika melihat alur perjalanan soal dan jawaban, menurut Dadang kebocoran bisa saja terjadi di percetakan, di sekolah atau di perjalanan. “Atau juga kemungkinannya adalah karena adanya pola soal yang mirip sama setiap tahun sehingga orang sudah menduga jawabannya akan seperti apa,” katanya. Walaupun demikian , Dadang tetap setuju dengan adanya UN. Karena menurut Koordinator Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah ini, UN merupakan kontrol kualitas PBM di sekolah.
Senada dengan Dadang, Yana Aditya meyakini kalau kebocoran soal dan jawaban itu dika ditarik para proses produksi maka akan menemukan titik produksi dan distribusi. “Semua proses itu memiliki resiko,” ungkapnya.
Namun menurut Yana, resiko kebocoran itu sesungguhnya bisa ditekan jika ada sekenario lebih dari satu soal yang akan dikeluarkan. “Misalnya hanya ada satu pejabat yang ditunjuk yang punya kewenangan, termasuk dalam menentukan scenario. Jadi scenario mana nanti yang akan diambil, itu harus jadi komitmen bersama,” harapnya. Dengan cara seperti ini Yana yakin resiko kebocoran akan bisa ditekan, juga siapa yang bertanggungjawab akan lebih jelas.
Yana menambahkan, dari aspek waktu, UN dan proses pencetakan soal ini juga harus diatur. Sebab menurutnya, semakin lama jarak cetak dan pelaksanaan UAN, resiko kebocoran semakin besar. “Sehingga penentuan kapan scenario yang mana dikeluarkan harus dalam schedule yang tepat dan ketat,” tegasnya.
Walaupun demikian, proses pencetakan soal itu dari sisi kualitas dan safety kebocoran itu lebih bagus karena ditunjang oleh kode-kode percetakan. Sehingga jika terjadi kebocoran, menurut Muchlas Rowi, maka pasti akan ketahuan sumbernya.
Yang patut dihawatirkan dari dunia UN yang semakin sembrawut adalah munculnya perilaku aneh dari kalangan siswa yang lebih membahayakan aspek aqidah. Muchlas misalnya mendeskripsikan bahwa muncul aktivitas siswa misalnya yang jadi sering datang ke kuburan, meminta dan menangis di sana. Padahal sebelumnya hal itu tidak dilakukan. “Jadi perilaku siswa menjelang UN ini menjadi banyak yang di luar nalar dan ini berbahaya,” katanya.
Reporter : Roni Tabroni
Tags: UN, Muhammadiyah
Arsip Berita