Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Mubaligh Muhammadiyah Harus Mampu Memenuhi Dahaga Spiritual Umat

Homepage

Mubaligh Muhammadiyah Harus Mampu Memenuhi Dahaga Spiritual Umat

Sabtu, 06-05-2017
Dibaca: 765

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA- Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, dalam acara pembukaan Refreshing dan Silaturahim Nasional Peningkatan Kualitas Mubaligh (PKM) Muhammadiyah pada Jumat (5/5) menyampaikan pentingnya pemahaman fikih bagi mubaligh-mubaligh Muhammadiyah.

Setidaknya terdapat lima fikih yang harus dipahami oleh mubaligh Muhammadiyah, pertama, yaitu dalam mengkonstruksi fikih. Mengkonstruksi fikih dalam hal ini yaitu memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap terhadap.

“Seorang mubaligh harus memahami betul agama kita secara tepat. Cara pandang keagamaan, ideologi, harus kita konsolidasikan. Kalau kita tidak konsisten, umat bingung,” tuturnya.

Kedua, menggunakan fikih aulawiyah (prioritas). Fathurrahman mengatakan bahwa Muktamar Muhammadiyah yang lalu telah menetapkan prioritas program Majelis Tabligh hingga beberapa tahun ke depan.

Ketiga, fikih maqashid. Dalam menjalankan dakwah, para da’i Muhammadiyah harus memahami maqashid al-syariah. Mengerti inti beragama serta tujuan dari penetapan syariat dan hikmah dibalik suatu perintah atau larangan.

Keempat, memahami fikih mashalih dan fikih mafasid. Para mubaligh harus memahami betul suatu kemanfaatan (maslahat) dan kerugian (mafsadat). “Selama ini, para da’i kehilangan perspektif memilah maslahat dan mafsadat,” tuturnya.

Terakhir yaitu menggunakan fikih waqi’ atau sesuai dengan realitas kekinian. Bahwa agama yang didakwahkan harus merupakan sesuatu yang bisa diimplementasikan dan dijalankan sesuai dengan konteks ruang dan waktu.

Dalam kesempatan tersebut Fathurrahman juga menyampaikan bahwa yang dibutuhkan oleh umat di masa sekarang adalah sosok-sosok pencerah, yang mampu memenuhi dahaga spiritual umat. “Justru umat saat ini membutuhkan kita, yaitu dakwah atau tabligh yang mampu menjawab semua keresahan mereka,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas dalam kesempatan tersebut turut menyampaikan materi mengenai ideologi Muhammadiyah. Yunahar mengatakan bahwa Muhammadiyah dalam memahami Islam berdasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah.

“Muhammadiyah itu tidak terikat dengan aliran teologis, madzhab fikih, dan tariqat sufiyah apapun. Walaupun secara de facto ahlus sunnah,” ucap Yunahar.

Selain itu, lanjut Yunahar Muhammadiyah mencirikan diri sebagai gerakan tajdid. “Dalam Anggaran Dasar disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar, dan tajdid,” tutur Yunahar.

Tajdid yang diusung oleh Muhammadiyah terbagi menjadi purifikasi dan dinamisasi. Keduanya harus berjalan seimbang. Purifikasi dalam hal akidah (pemurnian dari syirik), ibadah (pemurnian dari bid’ah), dan akhlak (pemurnian dari yang menyimpang).

Sementara dinaminasi atau modernisasi dilakukan dalam hal urusan keduniawian. Sehingga ajaran Islam dapat diaplikasikan secara aktual dan fungsional. Oleh karena itu, kata Yunahar, bid’ah hanya ada dalam ibadah mahdhah, dalam wilayah budaya tidak ada bid’ah.

Muhammadiyah, jelas Yunahar juga memposisikan diri sebagai Islam moderat atau wasatiyah. Muhammadiyah tidak radikal dan tidak liberal. Muhammadiyah memegang teguh prinsip tawasut (tengah-tengah), tawazun, (seimbang) dan ta’adul (adil).

“Muhammadiyah itu berkemajuan, dalam artian berorientasi kekinian dan masa depan. Muhammadiyah sedikit bicara banyak bekerja. Walaupun sedikit warganya tapi amal usahanya tumbuh di mana-mana, sehingga mandiri dan tidak bergantung pada kekuasaan. Dan kemandirian ini menjadi pengokoh sikap independensi Muhammadiyah di hadapan penguasa,” tutup Yunahar. (adam)


Tags: muhammadiyah, mubaligh, islam, ideologi, fikih
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: nasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website