Empat Strategi Aktualisasi Islam Berkemajuan dalam Dinamika Umat
Dibaca: 1929
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Guru Besar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Tobroni mengungkapkan bahwa ada empat strategi dalam mengaktualisasikan islam berkemajuan dalam konteks dinamika umat, juga dalam dinamika kebangsaan yang berkembang saat ini.
“Untuk strategi yang pertama adalah kristalisasi nilai-nilai Islam berkemajuan. Tawaran untuk menciptakan Islam berkemajuan, sebenarnya kita sudah memiliki lima grand values of islam yakni ilmu, iman, Islam, ihsan, dan islah,” terang Tobroni dalam pengajian Ramadhan 1438 H PP Muhammadiyah di Gedung ARFakhruddin Lantai 5 UMY, Jumat (2/6).
Selanjutnya Tobroni mengatakan, strategi yang kedua adalah menjadikan Muhammadiyah sebagai lingkaran kebaikan. Dalam era saat ini jika tidak menjadikan organisasi sebagai lingkaran kebaikan, maka akan dikalahkan oleh organisasi lain. Diistilahkan 5I (ilmu, iman, islam, ihsan, dan islah) kemudian lima hal ini diimplementasikan secara nyata, dalam bentuk suatu komunitas yang ia namakan, tiga M, yaitu menyeru, menyuruh, dan mencegah.
“Berdasaran penggalan surah Ali Imran ayat 104, yang bertugas menyeru adalah para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan, lalu yang tugasnya menyuruh adalah para pemimpin, dan tugas mencegah, itu tugas kita semua,” ungkapnya.
Maka, lanjut Tobroniada konsep al ummah al washatiyahyang akan tercipta jika kita memiliki basis sosial, yang berilmu, beriman, berislam, berihsan, dan berislah. “Jika kita memiliki basis seperti ini, maka mereka akan memilih pemimpin, menjadikan Muhammadiyah sebagai komunitas teladan. Pimpinan yang inspiratif dan transformatif, kemudian persyarikatan yang kolaboratif dan kompetitif. Maka menjadikan amal usaha Muhammadiyah yang punya tata kelola yang baik, sumber daya manusia yang berkualitas, manajemen, dan kepemimpinan yang efektif,” ujarnya.
Strategi yang ketiga menurut Tobroni adalah Muhammadiyah sebagai noble industry. Definisi noble industry sendiri adalah organisasi sosial yang dikelola secara professional layaknya industri. Tetapi jika ada keuntungan, maka akan dikembalikan untuk kepentingan organisasi, apakah dakwah, pengembangan SDM, ataupun kepentingan kemanusiaan dan peradaban.
“Jika dikaitkan dengan Muhammadiyah, maka untuk input valuesnya adalah nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh warga Muhammadiayh, lalu procces valuesnya nilai-nilai dalam proses bermuhammadiyah, dan output valuesnya nilai-nilai yang diharapkan oleh Muhammadiyah,” terang Anggota Majelis Diktilibang PP Muhammadiyah ini.
“Strategi yang keempat atau yang terakhir, yakni orientasi dakwah Muhammadiyah. Dulu kita lebih mengedepankan konflik, mungkin karena awal-awal berdirinya Muhammadiyah, kita mengembangkan jargon kompetisi, yaitu fastabiqul khoirot, utnuk kedepannya kita tidak bisa lagi semata-mata berkompetisi, tetapi kita harus melakukan kolaborasi, yakni semangat bertaawun,” tutupnya. (Muhammad Fathi Djunaedy)
Tags: muhammadiyah, aktualisasi, islam, dinamika
Arsip Berita