Al-Quran Jangan Hanya Sekedar Dibaca
Dibaca: 349
MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOREJO – Agus Taufiqurrahman Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengungkapkan keistimewaan bulan Ramadhan beserta rangkaian ibadah yang dapat dilakukan, definisi, tujuan, sikap terhadap dihamparkannya bulan Ramadhan. “Jangan sampai sudah kita di bulan Ramadhan tetapi kita sia-siakan. Belum tentu pada waktu ke depan bisa bertemu lagi. Umur siapa yang tahu akan berakhir kapan. Justru kita belum tahu waktu depan dapat bertemu atau tidak, waktu hari ini masih ramadhan mari kita gunakan dengan baik,” ujar Agus, Rabu (14/6) saat menyampaikan tausyiahnya dalam acara pengajian nuzulul quran yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Kembali dilanjutkan Agus, ibadah mempunyai waktu dan tempat tertentu yang khusus seperti wuquf di arafah pada 9 Dzulhijjah. Ibadah shalat disebutkan dalam beberapa hadist dengan mengambil tempat di masjid nabawi mempunyai keutamaan 1000 kali sedangkan di masjidil haram 100.000 kali lipat dibandingkan di masjid tempat lainnya. “Ramadhan sebagai bulan pengasahan hati kita, batin kita, keimanan kita, dengan harapan selesai Ramadhan derajat keimanan kita semakin hari semakin hebat. Sehingga 29 atau 30 hari menuju taqwa ini harus dikonsep dan diikuti dengan khusyuk. Karena disebutkan dalam hadist …yang berhari raya adalah yang bertambah ketaatannya dan menghindarkan dari kemaksiatan,” ujar Agus.
Agus memaparkan beberapa ciri orang yang mendapatkan gelar muttaqin, yakni bersedekah dalam keadaan lapang dan sempit serta tidak mudah marah. “Jangan hanya lakukan senyummu pada saudaramu, tetapi tingkatkan sadaqah kita sampai membuat orang lain tersenyum,”ungkapnya.
“Dengan membaca Al-Quran pada bulan Ramadhan ini sama dengan meng-charge keimanan kita, selain itu tentunya akan mendapatkan hitungan pahala. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan ini yang setiap amalannya dilipat gandakan pahalanya,” jelas Agus.
Agus juga mengatakan bahwa gerakan mencintai Al-Quran dapat dimulai dengan membaca, memahami, menghafalkan, mengamalkan, dan kemudian mendakwahkannya. “Membaca bukan sekedar membacanya saja tetapi harus dipahami. Dan juga berlanjut pada gerakan tafhim Al-Quran. Karena hakikat membaca karena ingin mengetahui apa yang dibacanya. Jadi harus dipahami dan berlanjut menuju ke proses selanjutnya,” ungkapnya.
Kontributor: Akhmad Musdani
Tags: muhammadiyah, al-quran, ramadhan, tafhim, muttaqin
Arsip Berita