PP Muhammadiyah Minta Presiden Jokowi Perkuat Kebijakan Kemdikbud Soal Pendidikan Karakter
Dibaca: 376
SURAKARTA, MUHAMMADIYAH.OR.ID – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk membackup dan memperkuat, mendorong kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tegaknya penguatan pendidikan karakter dan kualitas manusia Indonesia. Kebijakan ini, harus berjalan sesuai tahapannya, dan dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara bertahap.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir saat jumpa pers dengan wartawan di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Senin petang (19/6).
PP Muhammadiyah mendukung dengan sepenuhnya kebijakan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan RI (Mendikbud) untuk melaksanakan Peraturan Menteri tersebut.
“Muhammadiyah ikut mendukung sepenuhnya pendidikan karakter. Tentu abstrak, harus dalam bentuk sistem antara lain sistem penyelanggaraan pendidikan yakni peraturan menteri nomor 23 membawa pendidikan intra, ekstra dan 5 hari sekolah”, kata Haedar didampingi para anggota PP Muhammadiyah diantaranya jajaran Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, Yunahar Ilyas, Sekretaris PPM Agung Danarto, dan Bendahara PPM Marpuji Ali.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah mengkaji lewat Majelis Dikdasmen, kemudian menyampaikan sikap mendukung sepenuhnya penguatan pendidikan karakter lewat permen 23 tahun 2017. “Kami meyakini sepenuhnya, ada tiga pertimbangan dan 7 dasar kebijakan sehingga sampai pada keputusan pengeluaran permendikbud itu,” paparnya.
Mendikbud, kata Haedar, telah mengambil kebijakan pada taat asas, prinsip, konsitusi yang tetap berada dalam tupoksinya. “Mendikbud telah berada di jalur tepat, benar dan betul-betul melaksanakan kebijakan presiden tentang penguatan pendidikan karakter”, ujarnya.
Dikatakan Haedar , persoalan pendidikan karakter harus ada langkah berani untuk mewujudkannya. Kemudian, harus ada lompatan dan kuantum, sehingga langkah ini tepat untuk menegakan penguatan pendidikan karakter. Penguatan Pendidikan karakter tidak hanya jargon semata, tidak utopis.
“Jika khawatir soal Diniyah, sebenernya Muhammadiyah cukup banyak diniyahnya, harusnya Muhammadiyah yang lebih banyak khawatir karena akan berdampak. Kekhawatiran itu tidak akan terjadi,” tegas dia. (dzar)
Reporter: Adam Qodar/ Nisa Pujiana
Tags:
Arsip Berita