Keutamaan dalam Ibadah Haji
Dibaca: 951
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA - Ibadah haji adalah suatu amal ibadah yang bermakna spiritual yang menunjukkan tentang ke-Esaan Allah SWT, yang dijalankan dalam rangka untuk berittiba’ kepada Nabi Ibrahim AS. Wujud ke-Esaan Allah SWT itu merupakan suatu sikap yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS yang kemudian ditawarkan pada anaknya Nabi Ismail AS.
Selain itu, ibadah haji merupakan bagian dari rukun Islam yang ke-5, yang dilaksanakan bagi yang mampu menunaikannya baik secara finansial, fisik serta situasi dan kondisi yang memungkinkan.
Muhsin Hariyanto salah satu Dosen Ekonomi Perbankan Islam (EPI) Fakultas Agama Islam (FAI) UMY mengungkapkan, dalam kaca mata Muhammadiyah, ibadah haji adalah suatu amal ibadah yang dijalankan berdasarkan tuntunan Allah dan rosulnya.
“Hingga saat ini, Muhammadiyahpun masih terus menggali hal apa saja yang memuat penyempurnaan ibadah haji, baik dalam bentuk sunnah maupun kewajibannya,” jelas Muhsin, ketika ditemui pada Jum’at (4/8).
Lanjut Muhsin, terdapat beberapa keutamaan dalam pelaksanaan ibadah haji, diantaranya yaitu :
1. Haji adalah ibadah yang afdhol
Segala proses dalam pelaksanaan ibadah haji mengandung makna tauhid, seperti dalam pelaksanaan wukuf, sa’i, tawaf, dan lain-lainnya.
Muhsin menjelaskan, salah satu conhtohnya yaitu dalam pelaksanaan wukuf di arafah. Sat berwukuf seseorang dianjurkan untuk mengenakan pakaian berwarna putih. Artinya, ini adalah sebuah sikap yang harus dilakukan guna melepas atribut-atribut keduniaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah melalui do’a dan zikir.
Dengan demikian, haji merupakan ibadah yang afdhol, karena amalan-amalan didalamnya berupaya meningkatkan kesholihan seseorang seseorang. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist : Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”(HR. Bukhari no. 1519)
2. Haji yang tidak bercampur dengan dosa, balasannya adalah surga
Haji yang dilaksanakan dengan niat ikhlas beribadah kepada Allah SWT dan tidak mencampurkannya dengan kegiatan maksiat atau dosa, maka akan menghasilkan haji yang mabrur.
Adapun tanda-tanda dari kemabruran seseorang yang telah berhaji yaitu, adanya kesadaran secara spiritual dalam melahirkan amal shalih. Semakin mabrur maka akan semakin terlihat keshalihan seorang hamba untuk bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist yang artinya : Dari Abu Hurairah ra, bersabda : “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349).
3. Haji dapat menghapus dosa
Seseorang yang dikatakan mabrur hajinya tidak hanya mendapatkan jaminan surga, ia juga dijamin akan dihapus dosa-dosanya, sebgaimana dijelaskan dalam sebuah hadist, Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda :
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521)
Muhsin menyimpulkan, bahwa ibadah haji adalah ibadah yang memiliki keutamaan yang luar biasa pahalanya. Oleh karena itu, ketika berhaji seseorang diharapkan dapat menyempurnakan tujuan atau niatnya dalam beribadah, agar haji yang dijalankan tidaklah sia-sia. (tuti)
Foto: Ilustrasi
Tags:
Arsip Berita