Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Nasyiatul Aisyiyah Berikan Edukasi Masalah Stunting Kepada Masyarakat

Homepage

Nasyiatul Aisyiyah Berikan Edukasi Masalah Stunting Kepada Masyarakat

Jum'at, 20-10-2017
Dibaca: 582

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA -  Dalam rangka Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah (NA), Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PP NA) adakan Diskusi Publik dengan tema ‘Pembangunan Gizi dan Kesehatan untuk Keadilan Sosial: Memahami Permasalahan Stunting di Indonesia,’ pada Rabu, (18/10) di Aula Gedung Dakwah PP Muhammadiyah Menteng Jakarta Pusat.

Disampaikan Ketua PP Na Khotimum Susanti bahwa diskusi publik yang dilakukan merupakan program kerja NA periode ini dalam membentuk keluarga muda yang tangguh dari 10 pilar sehat jasmani dan rohani, melihat anggota NA yang berada pada usia antara 15 hingga 40 tahun.

MenurutKhotium, diskusi publik ini penting bagi perempuan usia pra-nikah, menikah, dan yang mempersiapkan kehamilan hingga mereka memiliki bayi. Dalam kesempatan ini, Khotimum juga menjelaskan terkait seluk beluk stunting.

Stunting atau keadaan tubuh anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain pada usianya merupakan permasalahan serius yang ada di negara kita," ujar Khotimun.

Sebagai pembicara, Khotimum membahas mengenai penanganan stunting serta kaitannya dengan seribu hari pertama kehidupan bayi.Khotimum mengungkapkan bahwa Stunting tidak hanya mengakibatkan tubuh anak pendek, tetapi juga mempengaruhi pertumbuhan anak saat dewasa menjadi tidak maksimal, hambatan perkembangan kognitif, hingga berisiko terkena penyakit tidak menular saat dewasa.

“Dampak stunting yang telanjur muncul bahkan tidak dapat diperbaiki kembali (irreversible). Berbagai faktor dapat menjadi pemicu terjadinya stunting, di antaranya kurangnya gizi yang akhirnya bermuara pada kesejahteraan yang minim. Kerugian ekonomi sampai 11 persen,” tuturnya.

“Faktor penyebab stunting spesifik berpengaruh hanya 30 persen, seperti gizi kurang yang menjadi masalah utama. Sedangkan 70 persen merupakan faktor sensitif dari faktor keluarga,” imbuhnya.

Adapun faktor keluarga yang dimaksud meliputi beberapa hal, antara lain adalah jarak kelahiran terlalu dekat, kekerasan dalam rumah tangga dan menikah muda.

"Ibu depresi tidak akan melahirkan kondisi anak yang sehat dan juga gizi anak terabaikan," jelas Khotimum

Lebih lanjut Khotimum mengungkapkan perlunya memperhatikan asupan gizipada masyarakat, khususnya anak-anak.

“Gizi merupakan interelasi beragam intervensi seperti ekonomi, budaya, pengetahuan, dan perilaku. Masalah gizi masih dipandang dengan perspektif terlalu sempit, hanya ditempatkan sebagai sub-sektor kecil dari sektor kesehatan yang lebih luas. Padahal pendekatan multisektor diperlukan untuk mengatasi masalah gizi yang kompleks,” papar Khotimum.

Khotimum juga mengatakan bagaimana Islam melarang meninggalkan generasi yang lemah.

“Nasyiatul Aisyiyah melihat masalah ini berkaitan erat antara sejarah Islam dengan upaya pencegahan stunting. Seperti kebijakan negara di era Umar bin Khatab, termasuk didalamnya ajaran Islam untuk menyusui anak dengan asi dan dilanjutkan menyusui hingga dua tahun,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, Khotimum menyampaikan bahwa tidak hanya diskusi publik yang dilakukan, tetapi NA juga menyelenggarakan kursus Samara, Family Learning Center, dan Pelayanan Terpadu untuk remaja di daerah-daerah yang didalamnya terdapat pos pencegahan stunting.

“Rencananya NA akan melaunching gerakan stunting kader pelopor Nasyiyah cerdas stunting, pada Jumat tanggal 3 November di Banjarmasin,” pungkasnya. (dila)

Kontributor: Desliana

 

 

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: daerah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website