Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Kapolri Jendral Tito: Terlalu Banyak Hoaks dalam Isu Kekerasan Terhadap Tokoh Agama

Homepage

Kapolri Jendral Tito: Terlalu Banyak Hoaks dalam Isu Kekerasan Terhadap Tokoh Agama

Jum'at, 09-03-2018
Dibaca: 354

JAKARTA, MUHAMMADIYAH.OR.ID – Sejumlah penyerangan terhadap tokoh masyarakat terjadi belakangan ini. Isu penyerangan terhadap tokoh pemuka agama digoreng secara masif di media sosial, hal tersebut disampaikan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian saat menghadiri Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Menteng Raya 62, Jakarta, Jumat (9/3).

Dihadapan ratusan peserta pengajian dengan tema “Fenomena Kekerasan Terhadap Tokoh Agama” ini Kapolri menambahkan bahwa pihaknya mendapat pengaduan 46 kasus penyerangan ulama. Setelah dikroscek di lapangan, hampir seluruhnya hoaks atau bohong, hanya tiga peristiwa yang benar-benar terjadi.

"Dari itu hanya tiga yang betul ada peristiwa dengan korbannya ulama atau pengurus mesjid. Di Jawa Timur ada satu, di Jawa Barat dua," kata Tito.

Ia mengatakan, dari penelusuran satuan tugas nusantara, ada empat klasifikasi terkait isu penyerangan ulama. Pertama, ada tiga peristiwa yang benar-benar terjadi dengan korban ulama dan pelaku orang dengan gangguan kejiwaan.

 "Ini peristiwa spontan. Tapi di medsos kemudian dibumbui, kemudian disebar-sebarkan oleh buzzer" kata Tito.

Kedua, ada peristiwa penyerangan yang direkayasa. Ia menyebutkan, ada laporan di Cicalengka Ciamis, Kediri, dan Balikpapan mengenai penganiayaan ulama. Setelah dilakukan rekonstruksi, ketahuan bahwa peristiwa itu dibuat-buat dan tidak benar-benar terjadi.

Bajunya sengaja dirobek seolah diserang dengan parang. "Alasannya ingin dapat perhatian karena kekuarangan ekonomi," kata Tito. Ketiga, polisi menerima laporan adanya penganiayaan ulama di Bogor, Jawa Barat. Pelakunya diduga orang gangguan kejiwaan.

Namun, setelah dicek, ternyata korban bukan ulama, melainkan petani. Sedangkan pelakunya adalah tetangganya sendiri. Klasifikasi keempat, kata Tito, beredar kabar adanya peristiwa penganiayaan. Namun, ternyata kabar tersebut bohong. Dengan melihat modus tersebut, Tito menilai ada pihak yang sengaja menggoreng isu tersebut menjadi besar dan meresahkan masyarakat.

Karena itu, ia meminta masyarakat termasuk warga Muhammadiyah lebih selektif memilah informasi yang diterima. Jangan menelan mentah-mentah kabar yang disebarkan orang lain, bahkan oleh orang terdekat. "Benar seperti kata Ketua Umum Haedar Nashir, tolong tabayyun. Jangan termakan, apalagi sampai berkonflik di antara kita," kata Tito.

Tito juga meminta bantuan Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya untuk terus memberikan edukasi terhadap warga masyarakat terhadap isu-isu hoax untuk selalu berkordinasi dengan kepolisian setempat. “Polisi tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian, perlu serta-merta bantuan masyarakat luas termasuk Muhammadiyah untuk mengawal ini,” tutup Tito. (dzar)

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website