Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Jadilah Pegiat Literasi yang Mampu Menjadi Aktor Perubahan

Homepage

Jadilah Pegiat Literasi yang Mampu Menjadi Aktor Perubahan

Rabu, 30-05-2018
Dibaca: 371

MUHAMMADIYAH.O.ID, BANGKALAN - An-Nur Community (ANC), Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Bangkalan, Pimpinan Cabang (PC) IPM Socah, dan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) se-Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menggelar seminar literasi dalam rangkaian kegiatan NgabubuREAD pada Ahad (27/5).

Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren (Ponpes) Babussalam, Socah, Bangkalan itu menghadirkan Ketua Serikat Taman Pustaka David Efendi, Produser Film Nyai Ahmad Dahlan yang juga Ketua Museum Muhammadiyah Widyastuti, serta Pemred Klikmu.co Syaikhul Islam selaku pembicara.

"Jadilah pegiat literasi yang juga menuliskan sejarah tentang banyak hal, menuangkan ide dan gagasannya melalui tulisan, untuk mendorong kemajuan, mempersiapkan manusia-manusia yang unggul. Menjadi aktor perubahan, penentu warna peradaban di tengah gelombang zaman yang brutal," tegas David.

Sementara itu, Widyastuti yang juga Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah menjelaskan tentang perpustakaan dan museum untuk mencapai bangsa yang literate. "Museum sangat penting dalam mewariskan nilai dan peradaban dari tiap zaman," ujar Widyastuti.

"Dalam rangka menyiapkan indonesia emas dengan seratus tahun usia kemerdekaannya, generasi kini harus melek terhadap sejarah, nilai, dan peradaban bangsanya," tambahnya.

Senada dengan semua itu, Syaikhul Islam mengatakan tentang survei UNESCO yang mengatakan bahwa Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara dalam minat baca atau literasi. Itu adalah suatu hal yang miris.

"Ibaratnya kita itu makan mie instan, satu sisi enak dan mengenyangkan atau setidaknya cukup untuk mengganjal perut, tapi berbahaya bagi kesehatan," ujar pria yang juga Bendahara PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur itu.

Menurutnya, ada 3 langkah efektif dalam mengikis budaya literasi instan. Pertama, perlu optimalisasi literasi tradisional sebagai penyeimbang materi-materi instan yang ada di internet. Kedua, lanjutnya, perlu kreativitas dalam memantik masyarakat agar berliterasi dengan benar, misal melalui media seni dan budaya.

"Dan ketiga, perlu ada apresiasi yang cukup dari pemerintah kepada para pegiat literasi di negeri ini. Apapun karya tulis anak bangsa harus dihargai, jangan karena ada perbedaan tesis kemudian melakukan pembredelan terhadap karya tulis. Tesis dilawan dengan antitesis, bukan tindakan represif," pungkasnya. (nisa)

Kontributor: Ubay

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website