Merawat Kebersamaan dalam Keluarga dengan Literasi Al-Qur’an
Dibaca: 928
Oleh: Widiyastuti
(Anggota Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah)
Era milenial saat ini merupakan tantangan tersediri bagi orang tua untuk menciptakan keluarga yang berkualitas. Teringat nasehat KH Hasan Abdullah Sahal, pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor, dalam sebuah majelis pernikahan, bahwa tujuan dari sebuah pernikahan itu muaranya adalah menciptakan keluarga yang berkualitas. Itulah yang membedakan kita dengan ummat lain. Kualitas keluarga adalah sebuah tujuan yang dalam bahasa umum disebut Keluarga Sakinah Mawadah Wa Rahmah. Untuk menjadikan keluarga sakinah mawadan wa rahmah maupun keluarga berkualitas banyak hal yang bisa dilakukan. Pernahkah terpikir untuk menjadikan keluarga kita berkualitas adalah dengan cara merawat kebersamaan diantara anggota keluarga ? Dan bagaimakah cara yang bisa kita lakukan untuk merawat kebersamaan di tengah era milenial yang kadang menjadikan pertemuan adalah sebuah hal yang sangat mahal ?
Saya punya pengalaman di masa kecil yang kemudian saya terapkan di kehidupan saya saat ini dan saya melihat ini adalah salah satu strategi yang bisa dilakukan para orang tua milenial untuk merawat kebersamaan dengan bonus mempersiapkan imam dalam keluarga anak kita dan membiasakan literasi Al Qur’an dalam keluarga. Kita tentunya paham semakin anak anak beranjak besar maka akan semakin sedikit waktu mereka untuk kita. Mereka akan asyik dengan teman dan dunianya. Tentu saja tidak bijak kita menghalanginya karena itulah saat-saat mereka belajar memahami hidup di luar lingkungan rumah dan orang tuanya. Namun menjaga kebersamaan dan komunikasi tetap harus kita lakukan dengan prinsip quality time not quantity time. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan membiasakan mengkaji Al Qur’an setiap habis subuh. Dalam hal ini semua anggota keluarga membaca satu ayat kemudian bapak akan mengartikan dan memberikan penjelasannya. Keluarga saya dulu khatam Al Qur’an dengan model seperti ini selama 6 tahun. Meskipun kami ketika ngaji dengan terkantuk-kantuk namun konsistensi bapak dalam memelihara moment ini sangat luar biasa. Disinilah saya mulai memahami bahwa apapun ada jawabannya di Al Qur’an. Disinilah saya mulai paham tentang mahna hidup dan kehidupan yang semuanya ada dalam Al Qur’an. Metode ini sangat luar biasa untuk membangun keluarga yang berkualitas karena setidaknya ada 4 manfaat langsung :
Pertama bagi yang memiliki anak laki-laki inilah saatnya kita tidak menjadi orang tua yang jahat terhadap anak karena membiarkan dia terlelap di saat yang paling mulia untuk meraih pahala dunia. Disinilah peran orang tua untuk membiasakan anak-anak sholat subuh tepat waktu berjamaah di masjid jika memungkinkan. Bagi seorang anak muda ternyata lebih susah untuk sholat ke masjid ketimbang menuntut ilmu sampai jenjang S3 sekalipun. Padahal sangat jelas dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berdzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”
Keduametode ini sangat efektif untuk melakukan dialog dan menanamkan nilai-nilai agama secara langsung pada anak-anak kita dengan berdasarkan Al Qur’an. Bagi yang memiliki anak laki-laki ini adalah saat yang tepat untuk menyiapkan mereka menjadi iman untuk keluarganya kelak. Bagi yang memiliki anak perempuan inilah saatnya melakukan penanaman nilai-nilai untuk menjadikan dia perempuan sesuai dengan ajaran Al Qur’an. Moment ini sangat luar biasa karena mungkin selama ini pendidikan agama anak-anak kita serahkan pada guru atau TPA. Jika kita bisa memberikan pendidikan langsung kepada anak-anak kita maka salah satu kewajiban kita sebagai orang tua sudah bisa kita laksanakan.
Ketigadengan mengaji termasuk terjemahan dan tafsirnya, maka seorang bapak akan selalu meningkatkan kualitas keilmuannya di bidang agama. Ini adalah pemacu seorang laki-laki untuk menjadi iman yang sesungguhnya bagi anak dan istrinya.
Keempatini adalah saatnya berinteraksi langsung dengan anak-anak kita tanpa ganggunag gadget atau agenda kantor. Jika dalam sehari itu kita tidak memiliki waktu untuk menyapa mereka maka setidaknya kita sudah tahu apa agenda mereka hari ini, dimana dan sama siapa.
Kemajuan teknologi, kesibukan yang melanda, minimnya waktu tatap muka bukanlah sebuah alasan bagi kita sebagai orang tua untuk melalaikan anak-anak kita, pendidikannya, agamanya dan masa depannya. Dengan mengenalkan Al Qur’an dan terjemahannya sejak dini dan sebelum mereka menikah adalah bagian dari ikhtiar kita untuk membumikan Al Qur’an pada anak-anak kita. Literasi Al Qur’an bisa dilakukan dengan metode semacam ini yang memiliki manfaat bola salju, bukan hanya pada kualitas pribadinya namun juga menjadi penanda kualitas hubungan kita dengan anggota keluarga.
Ibda’ binnafsik, mulailah dari diri sendiri dari yang kecil dan sekarang, untuk membuat generasi yang lebih berkualitas. Khususnya untuk menjamin anak-anak kita tidak akan menjadi anak-anak yang lemah sebagaimana firman Allah dalam QS.[4]. An Nisaa‘: 9 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Tags:
Arsip Berita