Yohana Yembise Ajak Kader IMM Memutus Mata Rantai Kekerasan pada Perempuan dan Anak
Dibaca: 343
MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise menghadiri Muktamar ke-XVIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang, pada Kamis (3/8).
Dalam kuliah umum bertajuk “Peran Perempuan dalam Kiprah Politik Nasional”, Yohana mengatakan perempuan dan anak menjadi pilar penting dalam pembangunan. Pergerakan politik perempuan dalam kiprah politik nasional telah dimulai sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia.
“Setelah kemerdekaan, peran dan posisi perempuan dan laki-laki cukup seimbang. Perempuan tidak lagi direndahkan, tidak diasosiasikan hanya sebagai ibu yang tugas utamanya menjadi pendamping suami dan mengurus rumah tangga. Bahkan perempuan telah diikutsertakan dalam perjuangan bangsa,” terang Yohana.
Yohana juga menyampaikan bahwa perempuan dewasa ini telah bertransformasi menjadi agen pembaharuan di berbagai kehidupan masyarakat, termasuk di bidang politik dan pengambilan keputusan.
“Perjuangan perempuan dalam mendapatkan hak politik, memilih dan dipilih dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah merupakan hasil dari perjuangan pergerakan politik perempuan, baik di tingkat nasional dan daerah. Pencapaian pergerakan politik perempuan pada era reformasi pasca rezim Orde Baru adalah dilegalkannya kebijakan afirmasi 30% keterwakilan perempuan di lembaga legislatif (DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota) pada Pemilu 2004 dan berlangsung hingga saat ini,“ ujar Menteri Yohana.
Untuk mewujudkan keseimbangan gender (gender equilibrium), perempuan tidak boleh dibiarkan melakukan perjuangan sendiri. Perempuan harus didukung oleh laki-laki, khususnya di bidang politik dan pengambilan keputusan. Menurut Yohana, perspektif gender equilibrium menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
“Untuk mewujudkan gagasan tersebut, maka dalam setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran perempuan dan laki-laki secara seimbang. Hubungan di antara kedua elemen tersebut bukan saling bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling melengkapi satu sama lain. Kita harus memiliki komitmen kuat dalam meningkatkan dan mendorong pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas guna menyongsong Planet 50:50 gender equality pada 2030,” papar Menteri Yohana.
Selain itu, Yohana juga berharap banyak perempuan yang akan semakin sadar politik dan bergabung di parlemen. "Mudah-mudahan kedepan semakin banyak perempuan yang naik dan maju ke parlemen agar isu-isu soal perempuan tersuarakan," imbuhnya.
Terakhir, Ia mengajak kader-kader IMM untuk bisa membantu memutuskan mata rantai kekerasan pada perempuan dan anak. "Kalian yang akan menjadi pemimpin masa depan maka kalian yang harus memutuskan mata rantai kekerasan pada perempuan," tutupnya. (syifa)
Tags:
Arsip Berita