Peduli Difabel, PPNA Wujudkan Pashmina Inklusi
Dibaca: 339
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - Minimnya akses dan informasi tentang disabilitas memunculkan dampak cukup serius dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya timbul pemahaman dan stigma negatif yang disematkan pada kaum difabel.
Pemahaman dan stigma negatif ini tidak saja muncul dalam bentuk ucapan dan pemikiran saja, tetapi sudah mengarah pada sikap dan perlakuan, misalnya pelecehan seksual.
Mendapati kenyataan ini, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) sebagai organisasi perempuan muda berkemajuan Muhammadiyah menyelenggarakan Pembekalan Tim Pashmina Inklusi pada Ahad (13/1) di Aula Kantor PP Muhammadiyah Cik Ditiro Yogyakarta.
Kegiatan yang juga merupakan rangkaian follow up program Australia Awards Indonesia ini menghadirkan empat narasumber yakni Rof'ah, Dody Hartanto, Putri Rahmasari, dan Sukinah.
Dalam materi pengantarnya, Ro'fah Pembina Pusat Layanan Difable UIN Sunan Kalijaga mengatakan salah satu hambatan terkait disabilitas adalah bahasa atau komunikasi.
“Bagaimana memposisikan diri saat berhadapan dengan kaum difabel perlu terus diupayakan jalan keluarnya, sehingga tidak ada lagi istilah-istilah yang merendahkan dan tidak memberdayakan, semisal kata 'cacat',” ujarnya.
Sementara Dody Hartanto, Pakar Pendidikan Inklusi FKIP Universitas Ahmad Dahlan mengatakan, layaknya manusia istimewa, kaum difabel sepatutnya juga mendapat perlakuan yang istimewa, karena sebagaimana Tuhan menciptakan mahluknya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, maka pada kaum difabel pun tak ada pengecualian.
“Kaum difabel sebagaimana manusia lainnya, juga mempunyai pertumbuhan dan psikologis yang sama hanya kadarnya saja yang berbeda,” tuturnya.
Sedangkan dosen kebidanan UNISA, Putri Rahmasari dalam materinya Kesehatan Reproduksi Difabel, berharap semakin banyak relawan yang mau dan peduli mempelajari dan memperhatikan hal ini.
“Mereka juga berhak dan layak hidup sehat karena itu menjadi penting memberi pengetahuan mendasar tentang kebutuhan sehari hari, semisal cara menghadapi situasi saat menstruasi, mengganti pembalut, membersihkan diri, termasuk hal hal lain yang sifatnya privasi,” jelasnya.
Sukinah sebagai Pakar Komunikasi dengan Difable dari Pendidikan Luar Biasa UNY, menyampaikan keprihatinannya pada sikap dan perilaku masyarakat, alih-alih memberikan dukungan sosial yang terjadi justru sebaliknya, kaum difabel seringkali dijadikan bahan candaan atau ejekan.
Sukinah yang juga praktisi dan peraga bahasa isyarat juga mengajak serta seluruh peserta untuk mempraktekan bersama simbol simbol bahasa isyarat dan disambut antusias oleh seluruh peserta.
PASHMINA sebagai layanan kesehatan berbasis Holistic Integrated sangat diharapkan mampu menjadi PASHMINA inklusi. Hal ini adalah wujud realisasi dari kepedulian PPNA untuk concern pada permasalahan perempuan dan anak, tak terkecuali untuk disabilitas.
Ketua Umum PPNA Diyah Puspitarini berharap kader Nasyiah semakin membuka diri dan responsif terhadap permasalahan disekitar.
Diyah berharap momen ini bisa menambah referensi untuk persiapan Jambore Pashmina, program kegiatan Departemen Pendidikan yang akan berlangsung beberapa bulan mendatang.
Tags:
Arsip Berita