Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Lahirnya Muslim Intelektual
Dibaca: 5115
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta merupakan babak baru perjuangan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) dan Muhammadiyah secara khusus untuk menghimpun mahasiswa Muhammadiyah dalam satu wadah yang jauh terorganisir secara baik dan teratur. 1
Kelahiran IMM sebagai babak baru AMM pada awal kemunculannya mendapatkan angin segar setelah sebelumnya selalu tertunda yang barangkali tidak bisa dihindari sebagai kehidupan berbangsa dan bernegara baik dalam menghadapi kemerdekaan.
Kelahiran IMM erat kaitannya dengan adanya PTM sebagai ladang dakwah Muhammadiyah dalam pendidikan. Tak ayal Muhammadiyah kedepan membutuhkan para kader yang senantiasa memberikan angin segar Muhammadiyah terhadap masyarakat kampus sebagai basis kaum intelektual. Pun dalam perekembangannya kelahiran IMM sebagai sebuah konsekuensi sejarah dan semakin berkembangnya PTM yang tidak bisa dibendung keberadaannya.2
Kelahiran IMM bedasarkan perjalanan sejarahnya juga tidak terlepas dari latar belakang kehidupan berbangsa, umat, dunia kemahasiswaan serta Muhammadiyah, maka IMM lahir atas faktor-faktor berikut: 1. Situasi dan Kehidupan bangsa yang tidak stabil, dimana adanya sistem pemerintah yang otoriter dan serba tunggal serta adanya ancaman komunis. 2. Terpecah belahnya umat Islam, dalam bentuk saling mencurigai, memfitnah serta kehidupan politik umat Islam yang semakin buruk. 3. Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada kepentingan politik praktis. 4. Melemhnya kehidupan beragama, dalam bentuk merosotnya kahlak dan semakin tumbuhnya kehidupan matrealisme-individualisme. 5. Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus serta masih kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler. 6. Masih membekasnya ketertindasan imprealisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan dan kemisiknan. 7. Maish banyaknya prakterk-praktek kehidupan yang serba bid’ah, khurafat bahkan kesyirikan yang pernah diberantas Muhammadiyah serta semakin meningkatkannya pelaksnaan minoritas Kristenisasi. 8. Kehidupan ekonomi, sosial dan politik semakin memburuk.3
Atas respon berikutlah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir dan bertujuan, 1). Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa. 2). Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam. 3.) Sebagai upaya menopang, melangsungkan dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah. 4). Sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna Amal Usaha Muhammadiyah. 5). Membina, meningkatkan dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan berbangsa, umat, dan persyarikatan.
Lahirnya Muslim Intelektual
Lahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang tutut diprakarasi oleh Djazman Al Kindi, Rosyad Saleh, Sudibyo Markoes, Sjamsu Udayana Nurdin, M. Amien Rais dll di maskudkan dimaksudkan agar Muhammadiyah melahirkan apa yang disebut oleh Djazman Al Kindi sebagai “Mulim Intelektual”.
Lahirnya “Muslim Intelektual” akan menjadi salah satu faktor yang ikut menentukan arah perubahan yang kini sedang berlangsung di Indonesia. Sebeb setiap “Muslim Intelektual” senantiasa menjiawai gairah untuk mengamalkan ajaran Islam di tempat dan waktu apapun. Konsep “Muslim Intelektual” yang dikemukakannya ini menjadi seluruh pemikiran dan aktivitas Djazman diarahkan untuk menyiapkan dan memfasilitasi kelahirannya.4 Konsep “Muslim Intelektual” inilah yang harus dijiawai betul oleh setiap pimpinan, kader, dan anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) diusianya yang kini genap berusia 55 tahun.
Dalam rangka mendukung konsep “Muslim Intelektual” Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi mahasiswa Islam di bawah Persyarikatan Muhammadiyah harus benar-benar mengaplikasikan kaderisasi nyata seperti yang ditekankan Djazman Al Kindi pada tahun 1965, sejak awal sudah ada kesepakatan untuk menjadikan IMM sebagai organisasi kader.5 Pilihan menjadi organisasi kader adalah pendorong utama lahirnya kader-kader intelektual strategis yang tentu tak malu-malu menampilkan dirinya lewat keunggulan moralitas (akhlakul karimah).
Untuk menciptakan kesungguhan kaderisasi disebutkan Azaki Khoirudin 6 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) membutuhkan instrument-instrumen pendukung seperti yang paling sederhana adalah adalah membentuk lingkaran-lingkaran diskusi (inti) dan membangun aliansi strategik dengan kelompok lain. Atas instrumen itulah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menjadi “Muslim Intelektual” yang mampu hadir dalam ruang solutif-aplikatif -terhadap persoalan umat, bangsa dan persyarikatan.7 (Andi)
Sumber dan Referensi:
1 . Rosyad Sholeh, Prolog buku “Genealogi Kaum Merah” karya Makhrus Ahmadi dan Aminuddin Anwar, 2014 hlm xxi
2. Makhrus Ahmadi, Genealogi Kaum Merah (MIM & Rangkang: Yogyakarta: 2014) hlm 79
3. Farid Fathoni, Kelahiran yang Dipersoalkan (PT Bina Ilmu: Surabaya, 1990) hlm 103
4. Buku Percik Pemikiran Tokoh Muhammadiyah untuk Indonesia Berekamajuan (MPI PP Muhammadiyah: Yogyakarta, 2019) hlm 206
5. Tulisan Mohammad Djazman, Bukan Organisasi Hura-hura
6. Tulisan Azaki Khoirudin, Cendekiawan Berpribadi (Refleksi Milad 54 IMM), 2018
7. Rosyad Sholeh, Prolog buku “Genealogi Kaum Merah” karya Mkhrus Ahmadi dan Aminuddin Anwar hlm xxv
Tags:
Arsip Berita