Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Haedar: IMM Lahir Mendobrak Kemapanan

Homepage

Haedar: IMM Lahir Mendobrak Kemapanan

Jum'at, 15-03-2019
Dibaca: 584

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) harus hadir menjadi cendekiawan berpribadi yang mana tercermin dalam lagu marsnya ‘kitalah cendekiawan berpribadi’, cendekiawan yang melintas batas tetapi punya kerpribadian, itulah IMM.
 
Hal itu disampaikan oleh Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah di hadapan ratusan kader IMM DIY dalam Malam Refleksi Milad IMM ke-55 DPD IMM DIY di Madrasah Muallimin Yogyakarta, pada Kamis (14/3).
 
“Kelahiran IMM mendobrak kemapanan, bahkan untuk memilih warna saja IMM barani memakai ‘merah’ dimana saat itu sedang terjadi sosiologi warna, dimana warna punya identitas dan warna terkait ideologi. Saat itu, ideology Islam itu, hijau tetapi IMM barani di tengah gejolak politik yang justru menghadirkan jaket merah,” ujar Haedar 
 
Tambah Haedar, padahal sebagian orang tua waktu itu kerena punya masa lalu politik terntu warna merah begitu tidak disukai bahkan dibenci. Padalah warna adalah ciptaan Allah, apalagi pelangi itu banyak warna. 
 
“Jadi, IMM sudah betul mendobrak kemapaman,” ujar Haedar Nashir
 
Haedar menjelaskan, Kiyai Haji Ahmad Dahlan (Kyai Dahlan) itu juga mendobrak kemapaman tetapi dengan semangat Islam dan fondasi islam yang kokoh dengan melahirkan Muhammadiyah. Dan inilah yang perlu di pahami IMM, karena IMM tidak akan lepas dari Muhammadiyah karena Muhammadiyah adalah rahimnya IMM. 
 
Jadi jelas Haedar, anak muda IMM harus berani seperti Kiyai Dahlan, karena keberanian Kiyai Dahlan diluar kelaziman. Kyai Dahlan yang lahir dalam kultur Kuman di sekitar Kraton Yogyakarta. Kyai Dahlan yang pernah jadi Penghulu diusia muda dengan kultur masyarakat jawa yang tradisional kemudian berani keluar menyempal dari kultur. 
 
Kemudian Kyai Dahlan pergi ke mekkah dua kali dengan belajar dari tokoh-tokoh pembaharu Islam Jamalidun Al-Afghani, belajar Rasyid Ridha, belajar Ibnu Taimiyah tentu juga belajar Ibnu Wahab dan seterusnya. Dari belajar itulah kemudian Kyai Dahlan menjadi attanwir (sang pencerah).  
 
Kyai Dahlan diusianya yang relatif muda sekitar 20-an, tetapi justru dia revolusioner dan progresif sepulang dari belajar di Mekkah, Kyai Dahlan meluruskan kiblat dengan resiko menggemparkan Kraton, Kauman. Kemudian bikin mushola di robohkan lalu bikin sekolah ketika orang tidak berfikir sistem sekolah umum sekolah umum tetapi Islam.  
 
Kenapa Kyai Dahlan bisa seperti itu, menurut Haedar ada dua hal. Pertama, kemampuan dia membaca sebenarnya bacaan kitab dahlan tidak terlalu banyak tetapi  dia ambil buku-buku bacaan yang memang melahirkan spirit tajdid. Kedua, Kyai Dahlan bisa mengambil sari kitab yang ia baca, seperti yang disebut Nurcholish Madjid bahwa kemampuan Kyai Dahlan “big true”, yaitu melakukan lompatan dengan membaca tafsir al-manar dia lakukan perubahan. 
 
“Sosok inilah yang menjadi inspirasi lahirnya Muhammadiyah, maka ketika kita berada di paying induk dan rumah besar Muhammdiyah jangan lupa bahwa muhammadiyah punya karakter khas pada pendirinya dan para pendiri ini mempnyai karakter yang mengambil uswah khhasanah dari Rasulullah,”ujanya. 
 
Haedar mengingatkan agar setelah dialog refleksi milad IMM ke-55, kader IMM membaca seluruh buku karya-karya Muhammadiyah. Untuk memahamkan bahwa Muhammadiyah punya karakter khas dan ditangan IMM lah masa depan Muhammadiyah 
 
“Karena itu, anda (IMM) jauh harus lebih paham soal islam tentang muhammadiyah tentang zaman disbanding kami-kami. Itulah oentingyna belajar,”harap Haedar. 
 
Yang Mesti Dilakukan IMM
 
Haedar dalam sesi terakhirnya meningatkan IMM sebagai organisasi yang lahir dari rahim Muhammadiyah untuk melakukan tiga hal. 
 
Pertama, IMM harus paham manhaj Muhammadiyah, pemikiran Muhammadiyah, dan ideloginya. Muhammadiyah sebagai organisasi Ilsm kaya dengan pemikiran-pemikiran ideologisnya. Hal ini dimulai sejak tahun 1937 Kiai Haji Mas Mansoer yang menuliskan 12 Langkah Muhammadiyah yang di situ ada poin tentang ‘memahamkan kembali Islam’ bahkan menyebutkan ‘Islam berkemajuan’. 
 
Atau ketika baca tulisan Soekarno tentang Islam yang progresif
dan Muhammadiyah yang berfikiran maju. Selain itu IMM juga harus mengerti hasil-hasil pemikiran Muhammadiyah seperti Muqodimah, Kepribadian, Khittah, dan Pedoman Hidup Islami (PHI) warga Muhammadiyah sampai yang terahkir adalah Darul Ahdi Wa Syahadah. 
 
Kedua, IMM harus punya kehausan untuk mengembangkan tradisi iqro, anda abaca buku apa saja, tentu ada cara belajarnya IMM harus belajar silaturahim kepada dosen dan kepada siapa sja yang pantas.
 
“Kader IMM jangan takut mambaca buku, sekalipun dikatakan buku itu sesat kalau perlu baca saja biar tahu dimana letak kesesatannya. Kalau penuh ketakutan jangan jadi anak muda, cepet-cepet aja ubaban,” ledek Haedar di depan kader IMM DIY 
Haedar mengingkan agar IMM meningkatkan tradisi halaqohnya agar ditingkatkan setiap bulannya. 
 
Ketiga, IMM harus menumbuhkan militansi ber-Muhammadiyah, artinya harus ada komitmen ber-Muhammadiyah, mencintai Muhammadiyah dan memiliki karakter diri yang unggul. 
 
“Anda boleh tidak punya apa-apa, tapi harus punya integritas yang tinggi. Banyaknya pemimpin yang gagal karena hilangnya integritas,” ujar Haedar. 
 
Jelas Haedar, integritas dibutuhkan dalam suasana seperti ‘dramaturgi’ yang diungkap Erving Goffman dalam karyanya “Presentation of Self in Everyday Life (1959). “Banyak yang sedang bermain drama dan bicara bagus-bagus ketika di depan. Tetapi di belakang, berkebalikan,” katanya. 
 
Haedar menyebutkan, permainan drama yang kerap diperlihatkan oleh para pejabat atau politisi ini disebut juga ‘simulakra’, permianan yang mengubah suatu yang semu menjadi nyata, genting, dan histeris.
 
Haedar juga menginginkan agar IMM meningkatkan tradisi halaqohnya disetiap bulannya. 
 
“Saya merindukan di Jogja ini ada jamaah atau komunitas IMM yang menjadi komunitas pembelajar yang mengembangkan tradisi iqro yang nantinya akan lahir cendekiawan berkepribadian dan melampaui batas, tidak apa adanya,”ujar Hedar. 
 
Terakhir Haedar berpesan kepada IMM, jadilah anda sebagai intelektual dan calon-calon pemimpin Muhammadiyah yang berintregitas tetapi berwawasan luas. (Andi)

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website