Gerakan Pencerahan sebagai Semangat Mengejar Ilmu Pengetahuan
Dibaca: 174
MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL -- Gerakan pencerahan menurut Syamsul Anwar, Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah adalah sebuah pencarian panjang jalan Tuhan tanpa henti. Karena pada esensinya, pencarian adalah pencerahan itu sendiri. Sebuah gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem yang mendera kemanusiaan dengan segala macam jenisnya.
Agama sebagai gerakan pencerahan menampilkan dirinya sebagai jawaban atas persoalan-persoalan yang bercorak struktural dan kultural. Gerakan pencerahan berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi, menjunjung tinggi toleransi, kemajemukan, serta membangun pranata sosial yang utama. Hal tersebut dicapai dengan menempatkan agama sebagai pelaku atau subyek, bukan lagi obyek.
"Agama sebagai pengalaman subyektif yang dirasakan setiap manusia. Maka agama ditempatkan sebagai suatu yang subyektif, bukan obyektif,” ucap Syamsul pada Kamis (9/5) dalam Pengajian Ramadan 1440 H PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Agama sebagai pengalaman subyektif, menempatkan manusia pada posisi yang selalu diawasi oleh Tuhan, serta disetiap tindakan dan keadaan yang dilakukan merasakan kehadiran dan memakai tuntunan yang disediakan oleh Tuhan.
“Agama dalam pemahaman ini digunakan bukan hanya sebagai pengingat, tapi beragama juga sebagai suatu pendorong dari dalam (eksplosif) atas manusia untuk senantiasa diimplementasikan dengan ekspresi-ekspresi kebaikan,”jelas Syamsul.
Karenanya, gerakan pencerahan adalah proses tranformasi pemahaman baru dalam menyikapi realitas sosial yang selaras dengan pembaharuan, sebuah sikap dan sifat yang lekat dengan gerakan Muhammadiyah. Ketika pengalaman pribadi atas agama yang sifatnya subyektif diekspresikan dalam suatu amalan, maka amalan tersebut akan menyatu dengan amalan-amalan subyektif lainnya. Sehingga, beragama juga memicu perilaku kolektif yang menyatukan banyak orang untuk berkumpul dan memiliki cita-cita yang sama.
"Sehingga ada wadah-wadah seperti Muhammadiyah yang mengakomodir cita-cita besar untuk pencerahan (Tanwir), serta berkemajuan,” tambahnya.
Dorongan dalam semangat beragama sering kali dikapitalisasi oleh sebagian pihak yang memiliki niat culas atas nama agama.
Maka nilai-nilai agama yang luhur sering disalah artikan, serta dipakai sebagai legitimasi atas tindakan di luar nilai fundamental agama tersebut. Dari itu, menurut Syamsul, gerakan pencerahan juga sebagai gerakan semangat mengejar ilmu pengetahuan.
“Dengan demikian, gerakan pencerahan adalah upaya kolaboratif untuk mengasah akal dan hati, serta pendagisian suatu upaya culas atas nama agama,” pungkas Syamsul. (a'n)
Tags:
Arsip Berita