Din Sampaikan Hakikat Dakwah Pencerahan
Dibaca: 344
MUHAMMADIYAH.ID, BANTUL—Tanwir (pencerahan) sebagai agenda peradaban yang mengarah kepada nilai-nilai ke-Islaman, yang berdimensi perubahan menuju perbaikan serta sebagai tameng dari terpaan kerusakan zaman.
Hal tersebut disampaikan oleh Din Syamsudin Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamamdiyah dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015 ketika menyampaikan materi di acara Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah 1440 H, Jum'at (10/5) di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Menggulas fakta sejarah, usaha pencerahan telah dilakukan pada abad 19 oleh para pemikir Islam. Pencerahan atau dalam bahasa lain disebut sebagai Tanwir, dilakukan para pemikir Islam atas desakan zaman yang terjadi di abad sebelumnya, yaitu abad kegelapan/Dark Age yang terjadi pada abad 18. Pada abad ini peradaban manusia terbenam dikarenakan dogmatisasi agama yang membelengu kebebasan berfikir manusia.
Dia menerangkan, gerakan pencerahan yang dilakukan para tokoh saat itu sebagai upaya pendobrak kejumudan umat manusia yang taklid buta terhadap dogma yang gencar ditanamkan oleh otoritas agama.
Menurutnya, nilai-nilai yang diajarkan oleh otoritas agama saat itu sudah dianggap final, dan tertutupnya pintu ijtihad yang menghasilkan nilai-nilai baru sebagai penyeimbang serta pembaharuan.
"Orientasi hidup yang dijalani umat manusia, khususnya umat muslim saat itu adalah legalistik fiqih, serta mempercayai urusan kehidupan yang diputuskan oleh pemegang otoritas agama sebagai suatu yang aksioma dan memiliki kebenaran mutlak dan tidak dapat diganggu gugat", terang Din.
Tanwir membebaskan belengu yang selama beberapa abad membatasi manusia dalam berimajinasi dan mengembangkan hasil-hasil pemikiran.
Dapat dimaknai secara sederhana bahwa, abad pencerahan adalah zaman yang sangat menghargai pikiran, dan kelompok sosial yang bergerak diatas dasar rasio, sains, dan knowledge.
Meski menempatakan akal sebagai komponen pokok dalam membangun peradaban, seorang enlighment muslim tidak boleh menolak posisi wahyu (al Qur'an dan As Sunnah) sebagai pemandu utama.
Lanjut Din, makna Tanwir bagi harokah Muhammadiyah adalah pendayagunaan ilmu pengetahuan dengan menempatkan wahyu sebagai guide dan tidak melepaskan teks tanpa konteks.
Sehingga Muhammadiyah hadir sebagai solusi bagi Indonesia yang memiliki kompleksitas dalam perbedaan. Selain itu, dalam konteks ke Indonesia, Tanwir bagi Muhammadiyah diaktualisasikan ke dalam gerakan amar ma'ruf nahi mungkar yang dihimpitkan dengan usaha mencapai keadilan dan usaha pemersatuan ke-bhineka-an yang berserak.
Tags:
Arsip Berita