Dosen UMM Bahas Isu Keragaman dan Radikalisasi dalam Konferensi di Italia
Dibaca: 226
MUHAMMADIYAH.ID, MALANG — Eropa tengah berjuang mengatasi masalah keragaman agama dan radikalisasi. Isu tersebut menarik Pradana Boy ZTF, Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), untuk ambil peran pada pertemuan Second Project Meeting GREASE Research Project Radicalisation, Secularism and The Governance of Religion: Bringing Together European and Asian Perspective di Florence, Italia mulai 17-18 Juni 2019.
Penelitian yang dipimpin oleh Anna Triandafylido dari European University Institue ini adalah upaya untuk mengurai keterkaitan antara suburnya radikalisasi yang tumbuh di tengah arus sekularisasi di kawasan Eropa. Dengan menguji klaim bahwa integritas migran di Eropa telah gagal, terlebih di kalangan generasi mudanya yang masuk kedalam jaringan terorisme jihad. Sebelumnya pada tahun 2018, telah melakukan rapat permulaan dan akan terus berlanjut dalam konsorsium sampai pada tahun 2021.
“Ini karena generasi muda kedua yang telah termarginalisasi dan teradikalisasi, dengan beberapa dari mereka yang berubah menjadi bagian dari jaringan terorisme jihad," paparnya.
Dalam melakukan penelitian ini, proyek GREASE berharap bisa memberikan pemikiran akademik yang inovatif pada sekularisasi dan radikalisasi. Nanti hasilnya akan sangat berguna untuk mengurai kusutnya yang persebaran radikalisasi ditengah masyarakat Eropa yang sekular.
“Dan juga memberikan pandangan untuk pemerintah dengan fokus khusus yang mencegahan radikalisasi,” tambhanya
Pradana menyatakan, tim peneliti dunia telah melakukan pertemuan sebelumnya. Agendanya kala itu terkait presentasi progress report penelitian. Sementara pada tahap ini berupa laporan setebal 60 ribu kata dan presentasi singkat tentang profil negara.
Adapun perwakilan negara yang terlibat dalam proyek riset dunia, yakni Australia (Deakin University), UK (Bristol University) dan Turki (Turkish Economic and Social Studies Foundation). Selanjutnya, Maroko (University Muhammad V), Italia (European University Institute), India (Jawaharlal Nehru University) dan Bulgaria (Center for the Study of Democracy). Lalu Jerman (SPIA Research Communications), Indonesia (UMM) serta Malaysia (SIRD Kuala Lumpur). (a'n)
Tags:
Arsip Berita