Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Melecut Semangat Mubaligh Muhammadiyah untuk Menggiatkan Dakwah

Homepage

Melecut Semangat Mubaligh Muhammadiyah untuk Menggiatkan Dakwah

Kamis, 11-07-2019
Dibaca: 165

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA — Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto, mengajak mubaligh Muhammadiyah tidak melupakan warga akar-rumput  persyarikatan. Ia menganggap terkadang dakwah Muhammadiyah terlalu ‘ndakik-ndakik’, sehingga view dakwah Muhammadiyah perlu agak ditarik turun guna menyasar akar rumput yang kadang terlewatkan.

Berkaca dari hasil survei yang dilakukan oleh Institut Ilmu Al Qur’an (IIA) Jakarta, bahwa 65 persen umat Islam di Indonesia tidak bisa membaca al Qur’an harusnya menjadi perhatian serius lembaga ataupun organisasi Islam untuk mengentaskan persoalan tersebut. Agung mengungkapkan, dakwah berkemajuan yang menjadi indentitas Muhammadiyah tidak boleh menjadi sekat dengan persoalan mendasar yang merundung umat.

Menurutnya, hasil survei tersebut harusnya menjadi cambuk yang semakin melecut semangat mubaligh Islam, khususnya Muhammadiyah untuk lebih mengiatkan dakwah yang sesuai dengan keadaan mad’u masing-masing. Mengingat dakwah sekarang terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan umat, hanya mengejar sesuatu yang dianggap populer.

“Kita sebenarnya terikat sejarah dengan tulisan atau bahasa Al Qur’an, seperti yang kita kenal dengan huruf pegon,” sebut Agung pada, Kamis (11/7) di Kantor PP Muhammadiyah, JL. Cik Ditiro 23, Yogyakarta.

Sebagai rumpun melayu, Indonesia memang kental dengan budaya dan seni ketimuran, seperti peradaban Arab. Salah satunya adalah seni grafem Arab. Melihat hasil riset yang dilakukan oleh IIA Jakarta, Agung mengaku tidak heran, karena mudah untuk ditemukan umat Islam disekitar yang tidak bisa membaca dan tulis huruf Al Qur’an.

Selain baca tulis huruf Al Qur’an, budaya atau seni yang Arab yang lekat dengan budaya Indonesia adalah kosa kata, ditemukan beberapa kosa kata Indonesia juga merupakan serapan dari bahasa Arab. Akan tetapi adanya hal demikian bukan berarti identitas Indonesia adalah Arab, karena Indonesia sendiri juga memiliki budaya yang muncul dari kearifan lokal masyarakatnya.

Dosen Ilmu Hadist Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini berharap kepada mubaligh untuk lebih serius menggarap fenomena tingginya buta huruf Al Qur’an.

“Kita melihat Taman Pendidikan AL Qur’an (TPA) trendnya semakin menurun, kita perlu melakukan terobosan untuk kembali memompa semangat generasi muda supaya lebih akrab dengan AL Qur’an,” pungkasnya. (a'n)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website