Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Muhammadiyah Banyak Melahirkan Kader Bangsa

Homepage

Muhammadiyah Banyak Melahirkan Kader Bangsa

Selasa, 23-07-2019
Dibaca: 258

MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan bahwa Muhammadiyah telah banyak melahirkan kader bangsa yang kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah lahirnya bangsa Indonesia, seperti presiden pertama Indonesia Soekarno, penjahit bendera merah putih Fatmawati, anggota Pandu Hizbul Wathan Jenderal Soedirman, dan tokoh BPUPKI Ki Bagus Hadikusumo.

“Hanya NU yang tidak dilahirkan oleh Muhammadiyah,” ujar Mu’ti, yang disambut tawa para peserta dialog Peradaban Bangsa, Islam, dan TNI yang diselenggarakan DPP PA GMNI di Jakarta Senin (22/7).

Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan,  bahwa pendiri Budi Utomo, Dr Soetomo mengakui tentang peran pesantren jauh sebelum pemerintahan Hindia Belanda mendirikan sekolah, pesantren telah menjadi sumber pengetahuan dan mata air ilmu bagi masyarakat.

"Meskipun (NU) berdirinya tahun 26 (1926), tapi pemikiran, gagasan tentang bagaimana bangsa ini insya Allah telah mendahului Muhammadiyah yang berdiri 1912," kata Sekjen Helmy disambut tawa peserta dialog.

Lebih lanjut Mu'ti menyampaikan, Indonesia rumah untuk semua golongan dengan menempatkan Pancasila sebagai konsensus yang final.

“Jika dikaitkan dengan peradaban, "tarikannya" terletak pada Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI,” imbuh Mu’ti.

Menurut Mu'ti, Muhammadiyah bertanggungjawab terhadap itu semua.

"Muhammadiyah bertanggung jawab sejak awal Pancasila milik kita bersama. Dalam rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 47 Negara Pancasila sebagai  Darul Ahdi Wasy Syahadah," kata Mu'ti.

Konsensus segala bangsa harus hadir di dalamnya memberi makna kehadiran kita kemudian memberi kontribusi negara yang sesuai cita-cita bangsa alinea keempat pembukaan UUD 1945 ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selanjutnya Helmy mengatakan, kebijakan seorang pemimpin itu terkait langsung dengan kemaslahatan.

“Siapa pun jadi pemimpin sepanjang lahirnya kemaslahatan di masyarakat,” ujar Helmy.

Sedangkan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyampaikan TNI tidak lahir secara ujug-ujug melainkan melalui proses panjang. Mantan Panglima TNI itu mengatakan, sebelum disahkan menjadi TNI oleh Bung Karno, para prajurit ikut berjuang melawan penjajah dalam wadah bernama Tentara Rakyat.

Menurut Moeldoko, sejak awal TNI bersama kalangan nasionalis dan agama bagaikan tiga serangkai yang tidak bisa dipisahkan mengawal berdirinya Republik Indonesia. Peran ini, katanya, semakin harmonis hingga sekarang.

"Apakah tiga-tiganya eksis? Tidak perlu diragukan kalau bicara Islam, jelas perjuangan bagian dari iman. Kalau kita lihat kelompok nasionalis, kalau tidak ada nasionalis ambruk. Posisi nasionalis ini bisa bertahan dari tarikan kanan kiri," tutur Moeldoko.

Pembicara lainnya Hasto Kristiyanto, Sekjen PDI Perjuangan memberikan pandangan yang progresif tentang peradaban bangsa. Kalangan nasionalis dikatakannya sangat membutuhkan TNI, NU, Muhammadiyah dan lembaga atau organisasi keagamaan lainya.

Acara dibuka secara resmi oleh Ahmad Basarah, Wakil Ketua MPR RI yang juga ketua umum PA GMNI. 

Sumber: (FA)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website