Hadiri Internasional Forum di Madrid, Ketum Aisyiyah Sampaikan Peran Perdamaian Bagi Anak
Dibaca: 154
MUHAMMADIYAH.ID, MADRID – Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menghadiri dan menyampaikan speech dalam International Meeting "Peace With No Borders: Religions and Cultures in Dialogue". Forum ini merupakan dialog antaragama dan golongan yang diselenggarakan Community of Sant'Egidio di Madrid pada tanggal 16 September 2019.
Forum yang secara khusus mengangkat tema "Children Want Peace" ini dimoderatori oleh Daiana Paoli, Rai Journalist dari Itali, dengan pembicara diantaranya, Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Pietro Bartolo Member of the European Parliament, Italy, Anabel Hernández García, Journalist and writer, Mexico, Adriana Gulotta, Community of Sant’Egidio, Italy, Javier Elzo Imaz, Sociologist, University of Deusto, Spain, Josep Gallifa Roca, Sociologist, Ramon Llull University, Spain, dan Olav Fykse Tveit, Secretary General of the World Council of Churches WCC, Switzerland.
Noordjannah dalam paparannya menyampaikan bahwa perdamaian merupakan milik semua orang untuk hidup aman, tenteram, dan harmoni tanpa gangguan, kekeraan, konflik, dan perang.
“Karena itu, setiap pemeluk agama harus menjadi role-model dalam menyebarkan dan mempraktikkan hidup damai untuk semua. Termasuk menciptakan perdamaian bagi anak-anak,” jelas Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Anak menurut Noordjannah merupakan anugerah Tuhan yang berharga untuk dikembangkan potensinya sebagai generasi pembangun peradaban. Anak-anak sejak kecil harus hidup dalam pola asuh dan lingkungan yang positif sehingga ketika dewasa menjadi manusia yang matang secara fisik, psikologis, sosial, dan kemanusiaan selaku makhluk Tuhan yang utuh dan memberi makna bagi lingkungan di mana mereka hidup.
“Anak-anak memerlukan dunia yang damai. Dunia yang memberikan mereka rasa aman, nyaman, selamat, dan menyenangkan sehingga mereka bertumbuh menjadi insan yang hidup dalam suasana harmoni. Hidup harmoni dalam dirinya maupun dengan lingkungannya baik di rumah, sekolah, dan ruang sosial lainnya,” jelas Noordjannah.
Selain itu, anak-anak juga harus dilindungi dari perlakuan dan lingkungan yang penuh tekanan negatif, kekerasan, pelecehan seksual, konflik, perang, dan hal-hal yang merugikan kehidupannya.
Noordjannah juga menekan bahwa organisasi-organisasi keagamaan dan civil society selain negara atau pemerintah, juga memiliki peran penting dalam menciptakan dan mengembangkan peran perdamaian serta mewujudkan budaya hidup damai.
“Organisasi-organisasi kemasyarakatan tersebut memiliki kedudukan dan peran sebagai agen-sosial perdamaian,” ucap Noordjannah.
Dalam forum tersebut Noordjannah juga memaparkan peran Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Aisyiyah memiliki pengalaman sosial dan program untuk perdamaian bagi anak-anak melalui program-program pendidikan. Lembaga pendidikan yang dikelola Aisyiyah dari tingkat Taman Kanak-Kanak, tingkat dasar dan menengah sampai perguruan tinggi.
“Melalui pendidikan anak, Aisyiyah merupakan pelopor berdirinya pendidikan usia dini melalui Taman Kanak-Kanak Bustanul Atfhal. Pada tahun 1919, ‘Aisyiyah mendirikan kelompok bermain atau Taman Kanak-Kanak Fröbel yang kemudian disebut Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Busthanul Atfhal,”papar Noordjannah.
Selain itu, melalui pendidikan, lanjut Noordjannah, Aisyiyah menanamkan nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, kebersamaan, keadilan, toleransi, cinta negeri, dan nilai-nilai kemanusiaan yang multikultural.
“Dengam jumlah Taman Kanak-Kanak lebih 19 ribu, ratusan sekolah dasar dan menengah, serta 13 perguruan tinggi Aisyiyah pada setiap tahun dapat menciptakan budaya dan perilaku damai bagi puluhan ribu anak-anak di Indonesia,” jelas Noordjannah.
Agenda lain yang dilakukan Aisyiyah ialah program “gerakan cinta anak” (GACA) dan “advokasi sosial” sebagai satu kesatuan dalam gerakan komunitas untuk perlindungan anak dan perempuan yang aktor-aktornya para relawan Aisyiyah di setiap lingkungan masyarakat setempat.
Komitmen dan peran Aisyiyah dalam program mewujudkan ruang kehidupan yang damai yang antikekerasan dan perlakuan buruk terhadap anak merupakan usaha perlindungan dan pemenuhan hak-hal anak uang dijamin oleh konvensi internasional dan konstitusi di Indonesia.
“Karena itu Aisyiyah mengajak semua pihak di seluruh negara dan kekuatan-kekuatan civil society untuk berkolaborasi dalam mewujudkan dunia damai bagi anak serta memberi harapan besar dan jalan kehidupan yang lebih baik dalam menciptakan perdamaian bagi kelangsungan masa depan kemamusiaan semesta,” pungkas Noordjannah. (adam)
Tags:
Arsip Berita