Insan Kamil dalam Pandangan Muhammadiyah
Dibaca: 206
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Beberapa orang mungkin masih bingung atau tidak paham, apa sebenernya perbedaan Muhammadiyah dengan gerakan Islam lainnya? Pada Kegiatan Kajian Bulanan Pilar Keluarga Muda Tangguh Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul Aisyiyah (NA), Agung Danarto, Sekretaris PP Muhammadiyah menjelaskan perihal Muhammadiyah di tengah arus Islam Transnasional.
Agung mengatakan, sebenarnya ada perbedaan yang jelas antara Muhammadiyah dan pergerakan Islam lainnya. Diantaranya, dari cara Muhammadiyah memandang Insan Kamil (red : Manusia Sempurna) akan membedakan Muhammadiyah dengan gerakan lain.
“Menurut Muhammadiyah manusia hidup didunia punya dua tugas, yang pertama untuk beribadah, kemudian tugas yang kedua menciptakan rahmat (kesejahteraan) bagi alam semesta,” ungkapnya, Jum'at (17/1) bertempat di Aula Gedung Muhammadiyah Jalan Ahmad Dahlan.
Dijelaskan Agung lebih lanjut, tolak ukur Muhammadiyah menilai Insan Kamil adalah, pertama, keberhasilan dalam beribadah dan yang kedua keberhasilan dia menciptakan rahmat bagi alam semesta.
“Nah dua hal tugas tadi tentu tidak kemudian dipisah, karena kalau dipisah itu sekuler namanya. Sehingga dalam dimensi ibadah, ada rahmatan lil alamin, didalam dimensi menciptakan rahmah ada ibadah. Maka Ibadah itu dibagi dua Ibadah mahdah (mengikuti apa saja yang dituntunkan nabi) dan ibadah amma umum yaitu semua yang dilakukan didunia dalam rangka menciptakan kemashlahatan. Disitulah sosok insan kamil itu ibadah mahdahnya dilakukan tapi juga menciptakan rahmatan lil alamin,” jelas Agung.
Agung juga mengatakan Muhammadiyah beranggapan, diakhirat nanti goalnya menyatu dengan Allah namun di dunia kita melakukan ibadah mahdah tapi juga bekerja keras untuk menciptakan kesejahteraan di dunia. Untuk selalu memberikan manfaat kepada manusia yang lain.
“Muhammadiyah menganggap yang harus sama persis itu ibadah mahdah tapi untuk kemaslahatan manusia didunia itu bersifat dinamis, manusia diberi akal pengetahuan untuk mengetahui kemaslahatan didunia bagaimana,” ujarnya.
Dalam menciptakan kemashlatan, Agung menyampaikan bahwa tolak ukur mashlahat menjadi penting untuk memilih yang diperkenankan oleh Qur’an dan sunnah. Agung memberi keumpamaan, karena kita hidup didunia sehingga tolak ukurnya itu hal duniawi, tapi tetap yang dibolehkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah melihat unsur kemashlahatannya.
“Tapi ada kelompok yang lain, ketika dua tugas ini maka yang diikuti penekanannya pada ibadah. Kalau penekanannya pada ibadah itu contohnya begini, perintah dalilnya jelas untuk mengikuti Rasulullah jadi apapun yang dilakukan Rasul saw diikuti. Sampai secara detail itu diikuti, nah ini penekannya pada ibadah. Pokoknya asalkan Rasul saw melakukan ya diikuti. Ini akan menjadi pola, corak bagi kelompok yang literal,” kata Agung. (Syifa)
Tags:
Arsip Berita