Jatuh Cinta Kepada Muhammadiyah
Dibaca: 277
MUHAMMADIYAH.ID, PALU-- Setiap ucapan Ibu adalah doa-doa yang diamiinkan oleh malaikat, seperti yang dialami oleh dr.Mariani Rasyid, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Tadulako (Untad), yang kini dipercaya untuk menahkodai sebagai Direktur di RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu.
“Saya mungkin termasuk yang berbeda sendiri di rumah, ibu saya bilang saya ini seperti Muhammadiyah. Karena dari keluarga besar yang mengikuti praktik keagamaan organisasi Al Khairat, saya dianggap mereka berbeda, mulai dari pakaian dan praktik ritual agama lainnya. Yang saya praktikan seperti Muhammadiyah, ibu bilang,” ungkapnya saat ditemui tim muhammadiyah.id di kantornya pada Sabtu (8/2).
Perjumpaannya dengan Muhammadiyah dimulai ketika dia diminta membantu Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam penanganan korban gempa dan tsunami Palu pada September 2018 lalu. Ia diminta secara langsung oleh Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), dr. Muhamad Sabir. Yang ditempatkan di Poskor Unismuh Palu.
Setelah menyelesaikan program pendidikan spesialis paru di Universitas Airlangga, dr Mariani kemudian melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil di Univeritas Tadulako. Sebelumnya, Ia hanya mengetahui dan mendengar tentang Muhammadiyah. Meskipun satu homebase dengan dr Sabir di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako, dr Mariani masih jarang berinteraksi secara langsung dengan Muhammadiyah.
Namun, setelah mengetahui aksi yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui majelis dan lembaganya dalam penanganan bencana gempa dan tsunami Palu 2018 lalu. Ia terkagum-kagum, perempuan kelahiran 17 Maret 1986 ini bahkan sempat tidak percaya bahwa ada organisasi yang memiliki perangkat lengkap dalam urusan keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial lainnya.
“Awalnya saya tau ada Unismuh di kota Palu, selebihnya hanya mengetahui dari cerita dan membaca di media online. Namun setelah bersinggungan secara langsung untuk menangani korban bencana lalu, saya kagum dan jatuh cinta kepada Muhammadiyah. Dan kini diamanahi untuk mengembangkan Kliniknya,” ucap Mariani.
Ditunjuknya dr Mariani sebagai cara untuk memenuhi syarat dalam mendirikan Klinik Utama, yakni dokter spesialis. Selain dirinya, RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu juga memiliki spesialis anak yakni dr Rahma, drg Tri Septiani (dokter gigi), dan dokter umum sebanyak 9 orang yakni, dr Dewi Purnama Sari, dr Ayu Sekarani, dr Asti Mayang, dr Ali Khomaeni, dr Furqan, dr Syamsul Fahri, dr Tantri, dr Yuli, dan dr Arianti.
Sebelum menjadi Rumah Sakit, Klinik Fadilah Supari awalnya hanya klinik pratama, yang kemudian pada bulan Agustus 2019 lalu berubah statusnya menjadi klinik utama. Artinya sudah bisa dipergunakan untuk rawat inap pasien, meskipun dengan keadaan ruang yang terbatas. Namun dengan bantuan hibah dari Lembaga Amil Zakat Infak dan Shodakoh Muhammadiyah (LazisMu), kini statusnya berubah menjadi Rumah Sakit tipe D.
“Perubahan status tersebut karena kita bisa melakukan penambahan ruang baru, sekitar ada 50 tempat tidur lagi. Kini progres pembangunan gedung dua lantai sedang berjalan, setelah beberapa waktu yang lalu dilakukan peletakan batu pertama oleh Pak Haedar Nashir,” tuturnya.
Sebagai Rumah Sakit baru, RS PKU Muhammadiyah Siti Fadilah Supari Palu, jika dikalkulasi setiap bulannya menerima sekitar 20 sampai 30 pasien. Pasien-pasien tersebut berasal dari Kota Palu dan sekitarnya. Kedepan, keberadaan PKU yang sekompleks dengan Universitas Islam Muhammadiyah (Unismuh) Palu ini bisa memicu terselenggaranya program studi ataupun fakultas kedokteran di Unismuh Palu.
Selain itu, promosi juga dilakukan pihak PKU untuk semakin mengenalkan masyarakat Sulawesi Tengah dan Palu pada khususnya bahwa, ada Rumah Sakit milik Muhammadiyah yang siap melayani umat dan masyarakat dengan baik.
dr Mariani juga berharap kepada pelaku atau kawan sekerja yang menemaninya supaya tidak mengecewakan Muhammadiyah. Menurutnya, Muhammadiyah sudah terlalu baik kepada masyarakat disekitarnya.
“Harapan saya jangan kecewakan Muhammadiyah, Muhammadiyah sudah luar biasa karena saya pribadi yang bukan siapa-siapa, bisa diberikan kesempatan untuk bergabung. Bukan hanya itu, kemudian saya diberikan beberapa ilmu untuk bagaimana belajar mengurus Rumah Sakit. Saya juga berpesan kepada rumah sakit rumah sakit yang baru seperti kami untuk jangan putus asa dan selalu membangun komunikasi yang baik dengan jaringan lain. Karena Muhammadiyah sangat besar dan memiliki jaringan rumah sakit hampir diseluruh wilayah,” pungkasnya. (a'n)
Tags:
Arsip Berita