Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto Nikahkan Putri Pertamanya

Homepage

Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto Nikahkan Putri Pertamanya

Jum'at, 27-03-2020
Dibaca: 124

MUHAMMADIYAH.ID, KULONPROGO – Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto pada Jum’at (27/3) menikahkan putrinya, yakni Ananda Zulfa Nadia Danasti dengan Muhamad Rifki Hidayat Putra Bapak  AIPTU Purn Walyanto di Kulonprogo.

Didaulat memberikan khutbah nikah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan bahwa, acara akad nikah ini ada dalam suasana musibah global dan juga musibah nasional yang dihadapi oleh seluruh umat manusia.

“Sehingga pada hari ini kita menyelenggarakannya dengan cara yang sederhana dan mengikuti protokol kesehatan,” tutur Haedar.

Haedar berpesan kepada kedua mempelai di situasi yang seperti ini tidak perlu berkecil hati.

“Kita lalui situasi ini dengan optimis, dan dalam suasana yang penuh dengan rasa sabar tawakal pada Allah SWT,” ucap Haedar.

Jadikan suasana yang seperti ini sebagai suasana pernikahan yang spesial.

“Spesial sebagai kenangan terindah untuk kalian berdua (Ananda Rifki dan Zulfa),” imbuh Haedar.

Lebih-lebih suasana pernikahan dalam keadaan apapun dan bagi siapapun merupakan syariat Islam yang kodrat dan syariat Islam yang penuh dengan makna yang hakiki.

Haedar menuturkan bahwa Allah SWT memberi penghormatan tertinggi pada peristiwa pernikahan sebagai satu dari sekian banyak tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.

Seperti dalam QS Ar-Rum ayat 21, betapa Allah SWT  mengangkat martabat pernikahan sebagai sesuatu yang agung, sesuatu yang luhur.

“Karena itu luhur maka kita harus menjunjung tinggi makna pernikahan itu. Ananda berdua akan memasuki fase baru dalam pernikahan yakni berumah tangga sebagai pasangan. Kuatnya pasangan dan ikatan pernikahan itu dalam syariat Islam dasar utamanya adalah taqwa kepada Allah SWT,” jelas Haedar.

Bahwa dasar taqwa merupakan pondasi utama dalam pernikahan. Taqwa atau Wiqoyah, penuh dengan kewaspadaan dan wiqoyah kepada Allah SWT agar selalu Khosyah (rasa takut kepada Allah) dengan menjaga martabat pernikahan.

“Orang yang Khosyah kepada Allah jika tidak ada siapapun dia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang. Lalu berbuat yang baik, karena boleh jadi kita bisa membohongi orang tetapi kita tidak bisa membohongi Allah dan kalbu kita,” ucap Haedar.

“Kalau modalnya Khosyah, Insyaa’Allah kokohlah ikatan rumah tangga,” imbuh Haedar.

Ikatan pernikahan disebut sebagai Mitsaqon Gholidzo’ (perjanjian yang kuat) dalam Al-Qur’an, ikatan yang kuat karena lebih dari transaksi sosial ikatan biasa.

“Maka tentu bagaimana Ananda berdua selalu menjadikan Islam sebagai dasar hidup ketika ada masalah, Islam selalu menjadi jalan penyelesaian,” jelas Haedar.

Maka, Mu’asnyarah bil ma’ruf itu menjadi menjadi faktor kunci untuk selalu membangun hubungan ikatan yang azwaj (wanita adalah pasangan laki-laki dan laki-laki adalah pasangan perempuan).

Haedar juga mengatakan, tidak ada hidup dalam berumah tangga tanpa masalah, yang penting jangan cari masalah, karena itu maka harus wiqoyah, hati-hati dalam bertindak tetapi ketika ada masalah carilah cara yang muhadarah bil maruf.

“Saling berbagi, saling peduli, saling kasih sayang, dan mau mencari titik temu. Itu kunci awetnya berumah tangga,” tutur Haedar.

Kokohnya rumah tangga juga karena masing-masing selalu membangun ikhsan (kebaikan yang lebih).

“Belajarlah untuk selalu memberi dan tidak selalu menuntut, katanya cinta itu selalu memberi bukan menuntut. Kalau selalu saling menuntut yang ada adalah retak dan sakit hati. Maka, selalulah memberi,” ucap Haedar.

Kunci hidup adalah Birrul Walidain. Kenapa Allah begitu menyariatkan Birrul Walidain, karena cinta kasih orang tua telah melampaui samudra, tetapi cinta anak sering ada batasnya.

“Karena itu selalu usahakan Birrul Walidain, lebih-lebih disaat usia orang tua kita semakin renta (sepuh),” imbuh Haedar.

Dalam berumah tangga juga perlu ikhsan untuk sesama.

“Ananda juga sebagai lulusan Muallimin dan Mullimat, hidup tidak untuk sendiri, Khoirunnas Anfa’uhum Linnas, orang yang terbaik adalah orang yang memberi makna dan manfaat bagi orang banyak, berbuat baik terhadap tehadap tetangga, masyarakat, umat dan bangsa,” ungkap Haedar.

Sesukses apapun kita tidak akan bermakna kalau kita tidak memberi kebaikan untuk orang banyak, bahkan amal sholeh salah satu tolak ukurnya adalah kemanfaatan hidup kita untuk orang banyak.

“Dan tentu berumah tangga dengan memperoleh putra dan putri shalih dan shalihah. Maka, selalu bermunajat kepada Allah sekaligus menjadikan mereka sebagai  Qurota A’yun,” pungkas Haedar.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website