Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Antara Pemuda dan Politik Kekuasaan

Homepage

Antara Pemuda dan Politik Kekuasaan

Sabtu, 11-04-2020
Dibaca: 116

MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto mendorong pemuda dan aktivis terlebih dikalangan Muhammadiyah untuk tidak antipati terhadap politik dan kekuasaan. Menurutnya, aktivis yang hadir dalam politik dan kekuasaan justru mempunyai modal sosial banyak dan mampu memberikan solusi.

Dorongan itu disampaikan Cak Nanto, sapaan akrabnya saat memberikan pengantar di Forum Pemuda Muhammadiyah Talks yang gagas oleh Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga PP Pemuda Muhamamdiyah melalui Aplikasi Meeting Zoom, pada Jumat (10/4).

Namun, kata Cak Nanto mengatakan ada hal serius yang harus dilakukan aktivis jika ingin berpartisipasi dalam kontestasi politik dan kekuasaan. Pertama, aktivis harus mempunyai kemampuan diri. Kedua, harus berupaya membangun relasi dan berjaringan dengan semua kalangan.

“Jika kedua hal itu dilakukan maka jalan itu akan terbuka, apalagi kader Muhammadiyah selama ini dibekali oleh ideologi Muhamamdiyah. Sehingga saya yakin kader akan dapat memberikan solusi dan keumatan untuk masyarakat umum,” kata Cak Nanto.

Sementara itu, Ali Muthohirin, Ketua Bidang Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga PP Pemuda Muhammadiyah yang menjadi pembicara dalam forum ini menyampaikan pentingnya dukungan strategis dari Muhammadiyah agar kader-kader yang berkiprah dalam politik dan kekuasaan merasa mewakili Muhammadiyah.

“Muhammadiyah perlu mendukung selebar-lebarnya kader yang ingin terlibat dalam politik dan kekuasaan. Jadi tidak perlu dicurigai ketika terlibat dalam politik dan kekuasaan, karena yang diperjuangkan adalah untuk Muhammadiyah dan kemaslahatan,” kata Ali.

Pada kesempatan yang sama Khotimun Susanti, Ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah Bidang Kemasyarakatan mengatakan, pemuda dan pemudi saat ini harus terlibat aktif dalam politik dan kekuasaan sehingga tidak menjadi sasaran kekuasaan, terutama para perempuan.

Walaupun kuota saat ini memungkinkan perempuan terlibat 30%, namun kata Khotimun dengan adanya stigma kurang baik banyak perempuan yang tidak mencapai level itu. Padahal Muhammadiyah dalam hal politik dan kekusaan tidak masalah dengan keterlibatan perempuan.

“Untuk itu, pemuda harus hadir dan mendorong stigma kurang baik terhadap perempuan agar hadir dan berkontribusi dalam politik dan kekuasaan,” urainya. (Andi)

 

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website