Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Hakikat Hidup Manusia dalam Islam

Homepage

Hakikat Hidup Manusia dalam Islam

Selasa, 14-04-2020
Dibaca: 4303

KH. Ahmad Azhar Basyir (Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1990-1995)

Manusia itu Menarik

Berbicara tentang manusia selalu menarik perhatian. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia memiliki banyak dimensi dalam hidupnya. Meminjam Notonagoro tentang manusia dalam “Filsafat Pancasila”-nya, manusia memiliki susunan kodrat, terdiri dari unsur jasmani dan ruhani yang menghimpun unsur-unsur akal, rasa dan kehendak. Manusia juga memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia juga memiliki kedudukan kodrat sebagai individu dan makhluk Tuhan.

Ditinjau dari susunan sifat dan kedudukan kodratnya yang masing-masing terdiri dari dua aspek itu manusia adalah makhluk monodualis, dan ditinjau dari keseluruhan aspek yang dimiliki, manusia adalah makhluk makhluk monopluralis.

Susunan Kodrat Manusia

Susunan kodrat manusia yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, memastikan hidup manusia memerlukan hal-hal yang bersifat materil dan hal-hal yang bersifat non-materil.

Unsur jasmani diciptakan dari “tanah” dan selalu bersentuhan dengan alam lingkungannya. Berbagai macam bahan alam materiel diperlukan oleh manusia bagi kelangsungan dan perkembangan hidup manusia.

Unsur ruhani manusia terdiri atas: 1) akal, yang mampu berfikir untuk berusaha terpenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berkembang; 2) rasa, yang berpotensi untuk mendudukan diri manusia secara proporsional sebagai makhluk yang terhormat, melebihi makhluk-makhluk lainnya, dan; 3) kehendak, yang berpotensi untuk memperhatikan dan mengembangkan kehidupan menuju tingkat makin tinggi dan makin sempurna.

Memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang antara unsur-unsur jasmani dan ruhani akan mendatangkan kehidupannya yang stabil.

Manusia Berketuhanan

Kedudukan kodrat manusia, sebagai pribadi mandiri dan makhluk Tuhan memastikan bahwa manusia berkodrat hidup berketuhanan. Manusia mempercayai adanya Tuhan dan merindukan hubungan dengan-Nya. Rahmat kasih-sayang Tuhan senantiasa dirasakan. Pedoman-pedoman kehidupan yang diberikan oleh Tuhan akan selalu ditaati, karena akan mengantarkan kepada tercapainya dambaan hidup manusia, sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

Hidup berketuhanan akan membimbing manusia menjalani hidup secara tepat atas dasar kesadaran dan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, menjalani hidup di dunia dalam perjalanan hidupnya, kemudian memetik hasilnya, apakah memperoleh keberuntungan atau kerugian, kebahagiaan atau kesengsaraan.

Demikianlah hakikat hidup manusia menurut konsep Notonagoro yang dapat ditarik kesejajarannya  dengan ajaran Islam.

Dari beberapa ayat al-Qur’an dapat diperoleh kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk  fungsional yang bertanggung- jawab. Manusia adalah makhluk Tuhan yang berfungsi sebagai khalifah-Nya. Untuk memaakmurkan kehidupan di bumi sesuai pesan-pesan atau amanat-Nya, yang akhirnya kembali kepada Tuhan untuk mempertanggung-jawabkan fungsi hidupnya, kemudian memperoleh hasilnya. Beruntung jika tepat dalam memenuhi fungsi hidupnya, merugi jika tidak tepat memenuhi fungsi hidupnya. Tepat atau tidak tepat ditentukan oleh sesuai atau tidak sesuai dengan pentunjuk-petunjuk Tuhan.

Petunjuk-petunjuk Tuhan terjabarkan dalam ajaran-ajaran agama-Nya. Islam adalah agama-Nya, yang diridhai-Nya menjadi anutan manusia dan mencerminkan kasih sayang-Nya kepada seru sekalian alam. Manusia berfungsi terhadap diri pribadinya, terhadap masyarakatnya, terhadap lingkungannya dan berkewajiban terhadap Tuhannya.

Kita wajib bersyukur kepada Tuhan atas rahmat-Nya kepada bangsa Indonesia yang telah bertekad untuik menjadikan keimanan dan ketakwaan terhadap ketuhan yang maha esa yang amat ditonjolkan didalam GBHN 1993, untuk menyongsong era industriliasi dan informasi dalam PJPT II.

Semoga Tuhan senan tiasa membimbing kehidupan kita dengan hidayah dan taufiknya amiin ya Robbal Alamiin.

Sumber: Ahmad Azhar Basyir, Uswah Hasanah dalam Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1996), hlm. 47-49


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website