Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > ‘Aisyiyah Merefleksi Al Qur’an untuk Kemajuan

Homepage

‘Aisyiyah Merefleksi Al Qur’an untuk Kemajuan

Senin, 11-05-2020
Dibaca: 109

Oleh: A’n Ardianto

Membumikan ayat Al Qur’an sebagai petunjuk teknis dan aplikatif terhadap kehidupan manusia di muka bumi, bagian ‘Aisjijah refleksikan QS Al Alaq’ ayat 3-5 sebagai sumber inspirasi untuk menjalankan kegiatan penghapusan buta huruf.

Dalam Poetoesan Congres ‘Aisjijah Seperempat Abad yang dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah dalam rubrik Roewang ‘Aisjijah No.1 tahoen 1356, Mei 1937 menuliskan terkait Tjara Mendjalankan Cursus Membasmi Boeta Hoeroef dengan mengutip Surat Al Alaq’ ayat 3-5.

Dituliskan didalamnya bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah sebab-sebab kemajuan dari suatu bangsa. Memahami hal itu, Congres ‘Aisjijah Seperempat Abad memutuskan bahwa setiap grup ‘Aisyiyah supaya mengadakan kursus pembasmian buta huruf. Selain dilakukan melalui jaringan organisasi atau rapat anggota (Leden Vergadering), pembasmian buta huruf juga bisa dilakukan berbasis keluarga.

Program tersebut sebagai usaha untuk memangkas ketimpangan dan menumbuhkan keadalian antara kaum laki-laki dan perempuan. Diintensifkannya belajar dengan pasangan atau suami yang memiliki kemampuan membaca, juga sebagai cara ‘Aisyiyah untuk membangun harmoni diantara pasangan keluarga Muhammadiyah. Hal ini juga selaras dengan pengkaderan di rumah.

Gerakan ini juga didukung oleh  Hoofbesture (H.B) Moehammadijah dalam Ma’loemat II Congres Akbar Moehammadiyah ke 26. Maklumat tersebut meminta untuk dijalankan sampai tingkat kepemimpinan di bawahnya, disebutkan bahwa secara khusus melalui Prae Advise kepada H.B Muhammadiyah Bahagian Pengadjaran Consul H.B. Dairah Djawa Barat dan Consul H.B Dairah Atjeh.

Semakin banyaknya anggota Muhammadiyah berkemampuan baca-tulis merupakan upaya sadar yang dilakukan organisasi ini untuk menyongsong kemajuan. Disebutkan dalam beberapa tesis bahwa, modernitas adalah era yang ingin disongsong oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Memenuhi bekal menuju era tersebut, Muhammadiyah memulainya dengan pemberantasan buta huruf.

Bertambahnya umat Islam Indonesia yang bisa baca-tulis juga mendorong banyaknya penerimaan informasi dari luar untuk diwacanakan di sini. Di mana sebelumnya wacana ke-Islaman di Indonesia masih minim karena sedikitnya umat Islam Indonesia yang bisa baca tulis. Waktu itu wacana ke-Islaman masih di bawah kontrol ulama/mufti yang saling mengirim surat yang berisi himpunan pertanyaan dari Umat Islam di Indonesia mengenai persoalan hidup dan agama yang ditujukan kepada ulama Nusantara yang berdiam di Mekkah.

Kontrol wacana tersebut akan terus tumbuh subur apabila umat Islam di Indonesia tidak memiliki kemampuan baca-tulis. Sehingga, selain berdampak pada pencerdasan dan pencerahan umat. Program yang dijalankan oleh ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah untuk menghapus buta huruf adalah usaha memerdekakan umat Islam dari kontrol politis ulama. Karena tidak menutup kemungkinan terselip motiv politis dalam penerjemahan fatwa yang dilakukan oleh sebagian ulama.

Pembasmian buta huruf juga menjadikan umat Islam di Indonesia menjadi umat yang merdeka terhadap akses informasi, di mana mereka memiliki kemampuan untuk mengakses informasi yang datang dari berbagai negara Islam lain tentang kabar dan keadaan Islam dari masing-masing negara tersebut. Seperti kisah KH Ahmad Dahlan dengan Majalah Al Manar, Mesir yang menginspirasi beliau dalam melakukan pembaharuan Islam di Indonesia.

Pembasmian buta huruf juga akan menciptakan keadilan dalam keilmuan, di mana ilmu pengetahuan akan terdistribusi secara luas dan merata. Sehingga sirkulasi ilmu bukan hanya berputar dan menjadi miliki kalangan elite. Ini lah yang mungkin menjadi penyebab banyaknya Cabang baru Muhammadiyah yang saat itu tumbuh subur dari bawah (bottom up), bukan top down dari kehendak H.B Moehammadijah.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website