Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Peran Muhammadiyah Bagi Bangsa

Homepage

Peran Muhammadiyah Bagi Bangsa

Selasa, 12-05-2020
Dibaca: 4487

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA – Kehadiran Muhammadiyah untuk bangsa sejak kemerdekaan dan setelah kemerdekaan Republik Indonesia mempunyai peran strategis. Peran Muhammadiyah juga bisa dilihat betapa Muhammadiyah meletakkan pondasi ruhaniah bangsa sehingga kehadiran Muhammmadiyah sebagai gerakan harokatut dakwah mampu membangun khairu ummah.

Hal itu disebutkan Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Tabligh Akbar Online Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bertemakan ‘Peran Muhammadiyah untuk Bangsa’, pada Senin (11/5).

Haedar menyebutkan kehadiran Muhammadiyah yang dirintis oleh Kiai Dahlan sebagai gerakan dakwah dan tajdid merubah keadaan masyarakat dari terjajah menjadi ikut merdeka, dari terbelakang menjadi bangsa yang terdidik, dari masyarakat yang secara ekonomi tertinggal pelan-pelan menjadi masyarakat yang bisa mencukupi.

“Dalam hal sosial kita (bangsa Indonesia) menjadi masyarakat yang berdaya bahkan mampu membangun relasi taawun, relasi ukhuwah, relasi gotong royong yang direkat dalam sistem yang modern oleh Muhammadiyah,” sebut Haedar.

Peranan lain disebutkan dalam gerakan perempuan Muhammadiyah satu-satunya organisasi kepeloporan selain Kiai Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan adalah Siti Munjiyah yaitu utusan ‘Aisyiyah dalam Kongres Perempuan I.

Hal ini kata Haedar, merupakan satu contoh dari kehadiran syuhadaalan nas,  dikala saat itu bangsa Indonesia baik dalam konteks paham keagamaan maupun dalam budaya lokal masih merendahkan martabat perempuan.

Representasi dan peran Muhammadiyah juga telah nyata terlihat kata Haedar seperti apa yang telah disampaikan Bung Karno dalam Penutupan Muktamar Setengah Abad Muhammadiyah.

Kata Bung Karno, Pertama Muhammadiyah telah berhasil membangkitkan kesadaran umat dan bangsa dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Kedua, Muhammadiyah telah mempelopori alam pikiran maju yang alam pikiran maju ini lahir dari kepemahaman kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta ijtihad.

Ketiga, Muhammadiyah mempelopori gerakan sosial kemasyarakatan yang melakukan proses modernisasi sampai ketingkat bawah lewat amal usahanya yang amal usaha itu juga mencerdaskan dan mensejahterakan. Dan keempat, Muhammadiyah  lewat gerakan ‘Aisyiyah nya telah mempelopori kebangunan Indonesia yang setara dengan kaum laki-laki.

Peranan itu kata Haedar bukan di atas kertas, tetapi ditunjukkan oleh Muhammadiyah. Misalnya melalui peran pergulatan kemerdekaan, berdirinya Hizbul Wathan (HW), lahirnya para tokoh nasional kebangkitan sejak KH Ahmad Dahlan dan Nyai Dahlan sampai diangkat menjadi pahlawan nasional, Siti Munjiyah (Wakil ‘Aisyiyah pada Kongres Perempuan), kemudian Sudirman Muda, bahkan Soekarno menjadi anggota Muhammadiyah, Mas Mansoer menjadi empat serangkai, kemudian Ki Bagus menjadi penentu sejarah perjalanan bangsa.

“Semua itu menunjukan kehadiran Muhammadiyah untuk bangsa sejak kemerdekaan bahkan setelah Indonesia merdeka itu nyata lewat peran strategisnya,” kata Haedar.  

Kehadiran Muhammadiyah sebagai harokatut dawah dan harukatut tadjid, kata Haedar merupakan spirit dan inspirasi untuk senantiasa mengajak agama yang hanif, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam perpektif yang luas dalam perpektif yang tajdid bukan perspektif yang hitam putih.

Itu merupakan bukti dari landasan teologi Muhammadiyah didalam menghadirkan peran sejarah kebangsaanya. Dimana disitu disebutkan jika kita ingin menghadirkan dakwah maka syarat utamanya kita harus menjadi waltakun minkum ummatun, menjadi segolongan umat.

Haedar menyebutkan segolongan umat dalam hal ini bukan umat yang awam melainkan umat yang terpilih, seperti dalam tafsir disebutkan kata umat bukan umat sembarang orang seperti oroang-orang awam tetapi umat terpilih dan itu logis.

“Bagaimana mungkin kita bisa berdakwah bisa berperan untuk membangun bangsa dan negara jika kita sendiri tidak berkemampuan dan terpilih menjadi orang yang bisa berperan,” singgung Haedar.

Dalam pepatah Arab dikatakan, orang yang tidak punya apa-apa tidak mungkin bisa berbuat apa-apa. Untuk itu kata Haedar, Muhammadiyah sadar KH Ahmad Dahlan, Nyai Dahlan sejak awal dan para penggerak Muhammadiyah as sabiqun al awwalun, menyadari sepenuhnya hadir untuk menjadi gerakan dakwah dan tajdid sebagai agenda besar dalam harokatul islam harus dimulai dari kekuatan Muhamamdiyah.

“Karena itu Kiai Dahlan tidak sembarangan memilih nama Muhammadiyah yakni pengikut Nabi Muhammad. Nabi Muhammad hadir untuk membangun peradaban tertinggi karena beliau atau baginda Rasul adalah nabi akhir zaman yang tidak akan pernah dan tidak akan ada lagi utusan Allah sesudahnya,” kata Haedar.

Nama Muhammadiyah diperjelas Haedar sekaligus membuktikan dipilihnya nama Muhammadiyah oleh Kiai Dahlan karena sangat subtantif dan punya fungsi kerisalahan. Ketika nama itu dinisbahkan  pada nabi akhir zaman, Muhammadiyah ingin merebut wacana dan tafsir Islam yakni menghadirkan harokatut dakwah wa tajdid membangun khairu ummah.  (Andi)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website