Mengibarkan Api Semangat sebagai Suluh untuk Membangun Indonesia
Dibaca: 118
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA-- Kesempatan Idul Fitri sebagai momen merajut kembali persaudaraan sebangsa yang telah lama dibangun. Meskipun melalui virtual, semangat dan perasaan hati tetap terjalin dengan erat dan dekat.
Hal tersebut disampaikan Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam tausyiah silaturahim dan halal bi halal antara TNI, Polri dan Keluarga Besar Persyarikatan Muhammadiyah pada Kamis (4/6).
Haedar mengatakan bahwa, jalinan persaudaraan antara TNI, Polri dan Muhammadiyah sudah terjalin lama, bahkan saat sebelum Indonesia merdeka.
Tautan ini dibangun melalui para tokoh pendahulu, diantaranya adalah Jendral Besar Panglima Sudirman sebagaimana diketahui adalah kader Hizbul Wathan Muhammadiyah. Sehingga, rasa cinta kepada tanah air oleh Muhammadiyah termanifestasikan di dalam tubuh TNI dan Polri, melalui Sang Jendral Besar.
Begitupun di Muhammadiyah ada jiwa TNI dan Polri untuk membela tanah air. Fakta tersebut menjadi bekal rajutan persaudaraan antara TNI, Polri dan Muhammadiyah. Selain dalam militer, Muhammadiyah juga mewakafkan kader-kader terbaiknya untuk mengabdi kepada negeri.
Tercatat selain Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah, nama lain adalah Mas Mansur Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 1938 yang juga tercatat sebagai bagian dari Empat Serangkai bersama Ir Soekarno, Muhammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara yang mewakili Indonesia untuk negosiasi dengan Pemerintah Jepang.
Muhammadiyah juga mempunyai Ki Bagus Hadi Kusumo yang menjadi tokoh untuk titik temu persatuan antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, melalui dihapuskannya tujuh kata yang kemudian dirumuskan sila Pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai hasil dari kompromi yang elegan dan elok yang dilakukan oleh tokoh Muhammadiyah. Ki Bagus adalah tokoh kuncinya bersama tokoh Islam yang lain, juga bersama Bung Hatta dan Bung Karno.
Muhammadiyah juga memiliki Djuanda yang mengikat Indonesia antara laut dan daratan menjadi satu kesatuan teritorial. Deklarasi Djuanda menjadi titik tolak sebagai sejarah hukum laut internasional yang diakui PBB pada tahun 1982.
“Perjalanan sejarah ini penting sebagai napak tilas bagaimana kekuatan Muhammadiyah yang mewakili kekuatan civil society, bersama TNI dan Polri menjadi garda terdepan bangsa untuk membangun kedaulatan dan kemajuan bangsa,” katanya.
Secara organisasi pada tahun 1946 dan 1947, Muhammadiyah mempelopori Askar Perang Sabil yang lahir dari konsensus Ulama Muhammadiyah se-DIY dan Jawa Tengah. Dimulai pada 17 Ramadan 1946, Askar Perang Sabil menjadi satu kesatuan dan selang beberapa hari dengan Perang Gerilya yang dilakukan oleh Jendral Sudirman.
Sejarah ini menjadi kepeloporan umat Islam melalui Muhammadiyah yang bukan hanya dalam wacana, bahkan ikut ke medan perang untuk mempertahankan kedaulatan negara dan bangsa Indonesia. Bukan hanya dengan deklarasi, tetapi juga lewat aksi yang kemudian menjadi satu kesatuan dengan Perang Greliya.
Refleksi sejarah ini adalah cermin nyata bahwa, bangsa Indonesia dibangun diatas perjuangan rakyat. Maka penting mengingat pesan Jendral Besar Sudirman yang mengatakan bahwa, kekuatan Indonesia bukan hanya pada kekuatan para pemimpiannya dan pejuangnya, tetapi pada kekuatan rakyatnya.
Serta, mengingat pesan kader Muhammadiyah, Ir Soekarno yang mengatakan pada Sidang BPUPKI bahwa, negara ini adalah negara semua untuk semua bukan untuk satu orang, bukan untuk satu golongan. Termasuk bukan untuk suatu golongan bangsawan, bukan juga untuk suatu golongan kaya, tetapi semua untuk semua.
Penting juga meresapi ungkapan Ki Bagus dalam Sidang BPUPKI, yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim, tetapi saya seorang Indonesia tulen yang ingin menyaksikan Indonesia makmur dan jaya.
Dari pertemuan dan dialog panjang yang dibangun oleh tokoh-tokoh pendahulu, Haedar mengajak TNI dan Polri untuk mengambil api semangat sebagai suluh untuk membangun Indonesia. Di tengah pandemi covid-19, penting untuk menjaga kesatuan.
Berbekal persatuan dan kebersamaan, Haedar yakin Indonesia akan mampu menjaga daulatnya dari ancaman asing dan ganguan dari manapun yang akan merobek kedaulatan dan persautan bangsa. Kesempatan baik ini juga sebagai ajang silaturahmi kebangsaan untuk memajukan Indonesia.
“Pupuk jiwa untuk selalu berdaulat, berakhlak mulia, berjiwa integritas tinggi, dan memberikan segala sesutau yang terbaik untuk bangsa,” pesan Haedar kepada Angkatan Muda Muhammadiyah.
Tags:
Arsip Berita