Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Seruan Dakwah bagi Masyarakat Industri Lanjut Menurut Kuntowijoyo

Homepage

Seruan Dakwah bagi Masyarakat Industri Lanjut Menurut Kuntowijoyo

Senin, 08-06-2020
Dibaca: 281

Oleh: A’n Ardianto

Jangan hanya “amar makruf nahi mungkar,” melainkan juga harus diteruskan sampai “tu ‘minu billah”. Karena segmentasi dakwah di Negara atau wilayah yang berbeda membutuhkan metode atau cara yang berbeda pula.

Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, akan dikatakan ‘cukup’ dengan semboyan “mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran”. Akan tetapi bagi Negara maju seperti Perancis, yang sangat diperlukan ialah tu ‘minu billah (beriman kepada Allah). Kurang lebih itu yang dipesankan oleh Cendikiawan Muhammadiyah, Kuntowijoyo pada Muktamar Muhammadiyah ke-43 tahun 1995 di Aceh.

Sebagai filosofi dakwah pada masyarakat industri lanjutan, Kunto menyederhanakan konsep Dakwah Kemajuan dengan istilah Kebijaksanaan Kenabian. Menurutnya, pada tahap peradaban masyarakat akhir abad 20 yang mulai bergerak dari industri ke arah industrialisasi lanjutan yang diperlukan adalah kebijaksanaan yang berada di tengah, tetapi jelas, berdiri sendiri, dan merupakan sebuah sistem yang utuh.

Mengutip Roger Graudy, penekanan masyarakat agama pada abad 20 adalah sisi transendensi. Maraknya Islamisme atau pengarusutamaan cara beragama secara kaffaah, namun pada prakteknya harus ada diversifikasi. Dimaksudkan agar setiap sektor sosial, selain kaffah juga mengenal diri mereka sendiri.

Spiritualitas pada peradaban masyarakat industri lanjutan menurut Kunto, orang masih menerima spiritualitas, tapi menolak agama yang formal. Menurutnya, fenomena ini lanjutan dari antroposentrisme yang menjadikan manusia sebagai pusat mengantikan teosentrisme, yang menjadikan Tuhan sebagai pusat. Akibatnya, rasul dan Kitab Suci ditolak. Gejala ini menjadi tantangan besar untuk dakwah.

Dalam peradaban ini, intelektualisme yang meliputi ilmu dan teknologi mengantikan agama sebagai “petunjuk”. Agama pada peradaban masyarakat ini berbasis data, orang tidak lagi mengacu Kitab Suci. Meskipun demikian, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan intelektualisme, soalnya terletak bagaimana kita menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang menghargai akal.

Selanjutnya yang muncul pada peradaban masyarakat industri lanjut adalah berakhirnya ideologi. Baik negara yang menganut ideologi kapitalisme maupun sosialisme, atau yang lain mengalami nasib yang sama. Ideologi yang ada tersebut tumbang satu persatu. Rivalitas dakwah beralih dengan kerusakan lingkungan, masalah limbah, menipisnya ozon, wabah penyakit, dan masalah polusi.

Adanya persoalan ini Kunto menganjurkan supaya agama jangan menampakkan diri sebagai ideologi alternatif, tapi sebagai alternatif dari ideologi. Artinya, Islam bukanlah ideologi penganti yang sama dengan ideologi yang lain, tapi Islam adalah ad-din dan bukan ideologi seperti yang dulu-dulu.

Pandangannya yang lain adalah trend ke arah demokrasi akan menjadi umum dalam masyarakat industri lanjut. Namun tidak berjalannya demokrasi akan ditimpahkan kepada umat Islam. Melihat keadaan Amerika yang beberapa waktu lalu yang diterpa demo besar-besaran karena rasisme, Islam akan dilirik dan dibanding-bandingkan dengan sistem pemerintahan, dalam hal ini demokrasi.

Guru Besar Ilmu Budaya UGM ini juga mengingatkan bagi gerakan dakwah untuk bersiap menyambut era pasca modern atau post modern. Semboyan berkemajuan yang dimiliki oleh Muhammadiyah menjadikannya pendukung dan mempercepat datangnya era modern cum post modern. Pada waktu kemajuan disangsikan, cita-cita kemajuan itu digantikan oleh pasca modernisme atau modernisme lanjut.

Menerjemahkan konsep makro menjadi mikro tentang “amar makruf nahi mungkar tu’minu billah”. Sehingga menjadi operasional bagi juru dakwah, Kuntowijoyo merinci pandangan makro tersebut menjadi tujuh pandangan mikro yang meliputi cara beragama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos, bahasa dan gaya hidup/fashion, upacara/festival.

Dalam filsafat adanya kontradiksi dalam pemikiran di satu pihak menimbulkan dinamika, tapi di lain pihak menyebabkan perpecahan. Cara yang bisa ditempuh untuk mendamaikan kontradiksi tersebut ialah kembalinya manusia kepada tradisi kenabian, pada transendsi. Sementara seni dalam hubungannya dengan dakwah tidak boleh ditempatkan semata-mata sebagai alat. Karena seni lebih dari sekedar komunikasi, seni juga ekspresi, impresi dan seni juga pemikiran.

Menurut Kuntowijoyo, seni sebagai dakwah itu sendiri, sebagai hikmah, sebagai kebijaksanaan. Mensubordinasikan seni sebagai alat akan mengurangi independensi seni. Dalam ilmu, juru dakwah harus pandai membedakan antara science, wisdom (hikmah), dan truth (haq). Banyak orang bijaksana tetapi tidak semua orang yang bijaksana ialah orang benar. Banyak orang pandai, tetapi jarang orang bijaksana.

Menyongsong dan berusaha menggapai kemajuan umat Islam, juru dakwah harus mengubah alam pikir dan yang mitos menjadi historis. Akan tetapi sampai sekarang masih banyak yang berpikir secara mistis, termasuk mitos tentang keunggulan orang Islam di masa lampau. Berpikir mistis semacam itu hanya akan meninabobokan umat Islam sendiri.

Kekinian, program yang mendesak ialah menjadikan umat yang monolingual dan bilingual menjadi umat multilingual. Sedangkan terkait dengan fashion dan festival, Kuntowijoyo menyarankan kepada Muhammadiyah supaya jangan melibatkan diri dalam masalah kebudayaan yang hanya permanen. Sekalipun patokannya cukup jelas, tetapi Muhammadiyah akan terjepit antara kosmopolitanisasi dan re-feodalisasi.

Kesimpulan dari tawaran narasi oleh Kunto tersebut adalah kata Bil Hikmah yang selama ini diartikan sebagai metode, perlu diartikan sebagai substansi. Selanjutnya adalah diperlukan kerjasama oleh Muhammadiyah untuk menghimpun kecerdasan bersama dari umat. Untuk dakwah dalam masyarakat industri lanjut, perlu untuk mengenal ciri masyarakat.

Kemudian tentang Kebijaksanaan Kenabian dapat menggantikan kemajuan sebagai acuan berkebudayaan masyarakat industri lanjut. Serta, perlu untuk melengkapi istilah “dakwah amar munkar” jadi “dakwah amar ma’ruf nahi munkar iman billah.”


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website