Meski di Tengah Badai Pandemi, Pengkaderan harus tetap Berjalan
Dibaca: 3178
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA - Siklus kehidupan senantiasa berputar, begitu pula dengan organisasi. Dalam misi melanjutkan estafet perjuangan persyarikatan, diperlukan pengkaderan agar nilai-nilai berkemajuan tetap terawat atau bahkan lebih baik. Karenanya kaderisasi dalam sebuah organisasi merupakan satu hal yang mutlak diperlukan dalam segala situasi dan kondisi.
“Kami dalam upaya pengkaderan tidak boleh terhenti walau terhalang dengan pandemi Covid-19. Atas dasar itu, maka kami sudah mencoba mengirim edaran ke berbagai wilayah MPK seluruh Indonesia. Kemudian, di samping itu kami menyelenggarakan dialog interaktif secara daring, dan direspon positif oleh semua wilayah Indonesia,” ungkap Ari Ansori dalam kajian Covid-19 Talk pada Sabtu (18/07) yang membahas tentang Inovasi Model Pengkaderan Muhammadiyah.
Sejalan dengan Ari, Ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah periode 2012-2016 Norma Sari juga menambahkan bahwa pengkaderan merupakan urat nadi masa depan sebuah organisasi. Dengan kata lain, kebesaran sebuah perkumpulan tidak dilihat dari seberapa banyak tembok yang dibangun, melainkan dari kuantitas dan kualitas kader yang dimiliki.
“Perkaderan di Nasyiatul Aisyiyah merupakan bagian dari perkaderan Muhammadiyah, ada satu kata dari definisi pengkaderan itu sendiri yang harus kita garis bawahi di sana ada keberlangsungan. Maka dalam situasi pandemi sekalipun, pengkaderan harus tetap berjalan,” kata Norma.
Keberadaan Nasyiatul Aisyiyah sendiri merupakan salah satu kawah candradimuka untuk pembentukan karakter kader yang militan dan loyal terhadap persyarikatan. Akan tetapi, Norma menjelaskan bahwa situasi dan kondisi pandemi memaksa NA harus berpikir ulang tentang bagaimana menanamkan nilai-nilai persyarikatan pada kader-kader Muhammadiyah di berbagai wilayah.
“Ini adalah tantangan kita. Karena sekarang situasinya tidak mungkin secara fisik berdekatan, akhirnya karena ini tantangan, maka kita netapkan kebijakan bahwa untuk pengkaderan formal Darul Arqam Nasiyatul Aisyiyah I dan II itu masih bisa digunakan metode secara online. Tapi memang untuk Darul Arqam III masih kita pertimbangkan karena Darul Arqam III adalah puncaknya,”
Norma menyadari bahwa kaderisasi bukan hanya proses penanaman nilai-nilai persyarikatan tetapi juga jalan panjang untuk melanjutkan kegiatan organisasi selanjutnya. Bagi Norma, kehadiran pandemi Covid-19 merupakan jembatan untuk memantau tantangan berikutnya di kemudian hari.
“Kami melihat tantangan sekarang adalah jalan untuk melihat tantangan ke depan. Kita melihat pola-pola masyarakat dengan perubahan generasi yang memiliki karakter yang berbeda. Maka inovasi pengkaderan dengan online, dan lain-lain,” ujar Norma.
Tags:
Arsip Berita