Muhammadiyah dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Gunakan Pilar Wahyu dan Keilmuan
Dibaca: 104
MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA — Dalam suasana yang tidak terbatas pada referensi keagamaan yang sedang dialami umat seperti saat ini, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Faturrahman Kamal mengajak kepada mubaligh Muhammadiyah untuk taat pada Putusan yang telah dibuat oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Di tengah narasi yang sedemikian dahsyat di media sosial dan lain-lain, para mubaligh dan kita semua dituntut saat ini untuk meluruskan shaf kita untuk sama-sama semakin kokoh melakukan perjalanan kepada Allah melalui Persyarikatan ini,"tuturnya dalam acara Silaturahmi Nasional Mubaligh Muhammadiyah pada Selasa (27/7).
Menurutnya, di tengah tidak menentunya arah kehidupan keumatan dan kebangsaan saat ini, mubaligh harus bisa hadir sebagai solusi, bukan malah ikut-ikutan menjadi pemantik kekalutan ke tengah-tengah umat. Sebagai organ terdepan yang bersentuhan langsung dengan umat, mubaligh Muhammadiyah harus memailiki visi dan misi yang jelas sesuai dengan putusan yang dibuat oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Putusan yang dilakukan Muhammadiyah sebagai upaya mencapai kebaikan dan maslahah di tengah umat, merupakan hasil dari ijtihad kolektif yang dilakukan oleh para tokoh otoritatif. Bukan hanya memperhitungkan dari perspektif agama saja, melainkan putusan yang dilakukan melalui pendekatan secara meyeluruh, meliputi aspek bayani, burhani, dan irfani.
“Jangan sampai kita larut dalam perdebatan dalam narasi yang tidak pernah ada ujung pangkalnya, sementara kita sudah melakukan ijtihad di sini. Kita tidka boleh menjadi beban bagi umat, yang mereka butuhkan adalah kesantunan, keramahan, dan kebersamaan kita dengan mereka di dalam menghadapi masalah sedemikian ini," katanya.
Ia juga menyebut, Muhammadiyah dalam menghadapi persoalan pandemic covid-19 sejak awal menggunakan pilar wahyu dan keilmuan. Di mana wahyu yang kemudian melahirkan fatwa yang dikeluarkan Majelis Tarjih dalam rentang waktu adanya wabah covid-19. Sementara pilar keilmuan yang dimotori para ilmuan Muhammadiyah yang memiliki integritas dan niatan suci untuk menempatkan ilmu sebagai alat obyektifikasi dalam mengentaskan persoalan dan penyelamatan jiwa manusia.
Melihat kalkulasi masyarakat terpapar yang jumlahnya tidak bisa diprediksi, Faturrahman menyakini bahwa Muhammadiyah tetap istiqomah di jalur untuk menciptakan kemaslahatan umat. Ia juga menekanka, kewajiban yang diemban oleh para mubaligh Muhammadiyah adalah selain menegakkan agama juga memberikan suatu jaminan atas keselamatan umat.
“Muhammadiyah merespon masalah ini bukan hanya dengan kacamata iman, tapi juga kacamata rasionalitas keilmuan," ucap Fathur.
Guncangan yang dialami umat ditengah merebaknya wabah pandemic covid-19 menyebabkan perubahan yang luar biasa. Maka dakwah Muhammadiyah yang mengusung dan menitik beratkan pada sisi kemanusiaan, Fathurrahman meminta kepada para mubaligh Muhammadiyah untuk melakukan refind di tengah perubahan, hal ini penting dilakukan untuk bisa berempati kepada umat.
Para dai tidak boleh larut dalam spiritual yang sifatnya personal, melainkan juga harus ikut merasakan dan berempati kepada masyarakat dan umat. Kepada para dai Muhammadiyah Faturrahman mengajak supaya mereka lebih bisa berempati dan menyayangi umat. Ajakan ini sebagai usaha patuh terhadap guid yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW, di mana ia menyuruh untuk memudahkan dan mengembirakan.
“Tag line kita di Majelis Tabligh ini mencerahkan, mengerakkan dan mengembirakan, ini harus menjadi pedoman kita," kata Fathur.
Tags:
Arsip Berita