Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Mulai dari Milenial

Homepage

Mulai dari Milenial

Sabtu, 12-09-2020
Dibaca: 115

Oleh: Haedar Nashir

Pandemi covid-19 di Indonesia masih belum berakhir dan cenderung naik angkanya. Malaysia menutup negerinya dari kedatangan warga negara Indonesia bersama India dan Philipina.

Hingga Kamis (10/9/20) terdapat kasus 207.203 terkonfirmasi, 147.510 sembuh, dan 8.456 orang meninggal. Rumah sakit kewalahan, 112 dokter dan 69 perawat meninggal. Mereka pahlawan kemanusiaan. Indonesia termasuk negara paling tinggi kematian dokter dan tenaga kesehatannya. Pemesanan peti mati kian tinggi. Kuburan makin padat dan harus buka lahan baru.

Kondisi covid menaik ini tentu sangat memprihatinkan. Padahal dalam prediksi sebagian ahli epideomologi seharusnya bulan September mulai melandai. Kenyataannya meningkat dan alarm. DKI Jakarta mulai menerapkan kembali PSBB untuk 14 hari ke depan. Sejumlah daerah seperti Depok memberlakukan jam malam. Sejak awal sebenarnya jika PSBB itu serentak dan menyeluruh maka keadaan mungkin lebih terkendali. Kini provinsi dan daerah yang semula dianggap aman sudah terpapar. Semoga ada langkah extra-ordinary untuk penanganan saat ini agar keadaan dapat terkendali.

Presiden Jokowi menegaskan akan fokus hadapi Covid-19, ekonomi dan lain-lain mengikuti. Kita berharap sikap pemerintah dari pusat hingga daerah benar-benar fokus dan serius. Sikap objektif itu lebih menyelamatkan keadaan ketimbang menyiasati angka dan proses. Mengharmoniskan covid dan ekonomi tentu baik. Tetapi ketika harus menyelamatkan jiwa maka utamakan nyawa manusia. Agenda terpenting bagaimana implementasi kebijakan terfokus penanganan covid di lapangan yang bersifat menyeluruh. Jika segenap sumberdaya, dana, dan usaha dikerahkan secara optimal dan menyeluruh maka akan ada hasil yang signifikan.

Bagaimana sikap masyarakat? Segenap warga negara wajib prihatin dan peduli hadapi covid. Hal ironi dan memprihatinkan justru ditunjukkan sebagian warga masyarakat yang tidak disiplin. Warga cenderung euforia menikmati new normal seakan keadaan covid sudah normal. Kebiasaan baru dinikmati berlebihan. Disiplin longgar. Mall, toko, kafe, restoran, tempat wisata, tempat ibadah, dan publik beraktivitas penuh. Seakan pandemi covid sudah berakhir. Padahal data membuktikan sebaliknya, korban pandemi menaik lagi.

Situasi politik juga makin ramai dengan aktivitas massa. Aksi dan deklarasi politik yang melibatkan jumlah orang banyak bermunculan. Keadaan seolah normal tanpa pandemi. Pendaftaran calon kepala daerah di sejumlah daerah diikuti massa pendukung yang banyak tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Padahal pilkada masih lama dan tentu rawan. Kita tidak tahu apa yang ada di pikiran para elite politik di negeri ini. Seolah keadaan baik-baik saka. "Anythings goes", apa saja boleh.

Apa tidak terpikirkan beban rumah sakit dan tenaga kesehatan yang makin berat? Di DKI Jakarta yang terbilang maju saja RS sudah kewalahan. Gubernur DKI bahkan menyatakan bila tidak diterapkan PSBB yang baru, rumah sakit di wilayahnya akan penuh. Jika rumah sakit dan tenaga kesehatan sebagai benteng terakhir jebol maka kondisi makin darurat dan sangat berat. Lembaga apa yang akan menangani covid-19? Apakah semua pihak tidak memikirkan kondisi darurat dunia kesehatan yang memikul akibatnya?

Elemen yang tidak kalah pentingnya dalam menghadapi covid-19 ialah masyarakat. Masyarakat wajib disiplin dan bekerjasama menciptakan kondisi agar rantai penularan wabah tidak terus meluas. Hentikan dan jangan lakukan kegiatan-kegiatan interaksi dan aktivitas sosial yang menyebabkan atau menjadi kluster penularan. Apalagi saat ini penularan wabah ini cenderung sporadis sifatnya. Sangat diperlukan protokol dan disiplin tingkat tinggi yang ketat. Warga harus berbagi memberi solusi, jangan menambah beban pandemi. Bukankah kita ingin covid segera berakhir?

Apa ruginya warga berdisiplin tinggi dan menahan diri. Warga tidak melakukan kegiatan yang memberi peluang pada penularan. Sebutlah acara hiburan, rekreasi, bepergian, dan kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat langsung. Termasuk tidak memaksakan sekolah dan kuliah luring atau offline. Ancaman covid-19 ini nyata dan semakin menaik, bukan maya dan paranoid. Kenapa harus mengorbankan diri dan orang lain yang semestinya dijaga bersama dengan rasa kemanusiaan tinggi.

Dalam memelopori kedisiplinan masyarakat kiranya kaum milenial perlu menjadi penggerak. Bila untuk sejumlah hal dapat mengundang dukungan netizen seperti #IndonesiaTerserah, maka generasi muda milenial penting menjadi contoh berdisiplin tinggi hadapi pandemi. Setiap komunitas milenial dapat menyuarakan dan memelopori Indonesia berdisiplin demi penyelamatan jiwa insan Indonesia tercinta. Orang dewasa yang tidak berdisiplin akan malu bila kaum mudanya berada di garda depan dalam menegakkan disiplin murni.

Kaum milenial penting memelopori secara masif pakai masker, berjarak fisik, jaga imunitas, taat protokol kesehatan, ikuti kebijakan PSBB, dan tidak melakulan berbagai aktivitas di ruang publik yang rawan penularan wabah. Jadilah relawan kemanusiaan dalam bentuk apapun yang dapat membantu mencegah penularan dan mengatasi pandemi covid. Saatnya generasi milenial menjadi pahlawan covid-19 demi penyelamatan Indonesia.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website