Lewat Silatnas, Majelis Tabligh Ungkap Kebutuhan Dakwah Terkini
Dibaca: 86
MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Meski geliat perkembangan Islam secara kasat mata nampak semakin baik dengan maraknya gerakan ‘hijrah’, umat Islam Indonesia sejatinya menghadapi masalah yang lebih besar dan serius, demikian tutur Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Sabtu (26/9).
Karena itu dalam Silaturahmi Nasional Mubaligh Muda Muhammadiyah secara daring, Fathurrahman mendorong para mubaligh Muda Muhammadiyah untuk mengelola dakwah dengan penuh keseriusan, strategis, terstruktur dan bersifat jangka panjang.
Apa yang dikhawatirkan Fathurrahman antara lain semakin menguatnya gerakan sekuler hingga nativikasi budaya yang terus membenturkan diri dengan Islam. Termasuk menguatnya gerakan liberalisasi budaya, perimisivisme, radikalisme, terorisme hinggga perpecahan di antara tubuh umat Islam.
Selain masalah tersebut, dari berbagai data yang tersedia tentang persentase pertumbuhan agama-agama di Indonesia, agama Islam terus mengalami penurunan drastis dari tahun ke tahun dibandingkan dengan agama lain.
“Kalau kita defensif kita akan habis. Ini menurut saya jarang sekali didiskusikan oleh arus besar dakwah milenial yang menghiasi media. (Tema pengajian) Milenial hanya komunal, romantisme sejarah. Gerakan yang tidak terstruktur. Dalam konteks jangka panjang, gerakan hijrah tidak bisa diandalkan,” kritiknya.
Oleh sebab itu, Fathurrahman mendorong mubaligh Muhammadiyah untuk memperkuat sisi internal dari diri masing-masing da’I, termasuk memahami realitas zaman dengan kontekstuasi kebutuhan yang sesuai keadaan objek dakwah.
“Bagaimana mubaligh memiliki pandangan yang holistik dari berbagai nilai kehidupan yang luar biasa saat ini. Daya pikir yang kritis dan mendalam tidak cukup, kita harus mengambil tanggungjawab untuk perubahan,” dukungnya.
Lebih jauh, pendekatan konteks zaman diperlukan untuk menjawab tantangan di atas. Apalagi, di zaman digital terjadi perubahan pandangan keagamaan yang menggeser posisi otoritas ulama. Milenial sebagai contoh lebih mengutamakan sumber non-otoritatif seperti mesin pencari.
“Kita tidak ada pilihan kecuali mengambil peran di media dakwah. Tahun 2025 80 persen wilayah bumi akan terkoneksi dengan internet,” imbuhnya.
Terakhir, Fathurrahman mengutip pesan terakhir mendiang Ketua PP Muhammadiyah almarhum Yunahar Ilyas tentang keinginannya agar Muhammadiyah maupun NU yang telah memiliki nama baik di dunia internasional turut membangun wajah Islam di Timur Tengah.
“Ini potensi Muhammadiyah dan NU. Majelis Tabligh tinggal nawaitu untuk menjadi katalisator,” dukungnya. (afn)
Tags:
Arsip Berita