Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Salat Membangun Kepekaan Terhadap Realitas Sosial

Homepage

Salat Membangun Kepekaan Terhadap Realitas Sosial

Rabu, 07-10-2020
Dibaca: 111

MUHAMMADIYAH.ID, YOGYAKARTA — Bagi Busyro Muqoddas, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, ibadah mahdhah salat yang rutin dilaksanakan oleh muslim bukan hanya beraspek illahi, melainkan juga di dalamnya ada aspek sosial.
 
Salat bagi muslim merupakan ibadah wajib yang rutin dilaksanakan sekurangnya 5 kali dalam sehari. Ritual salat selain diperagakan dengan gerakan, di dalamnya juga teradapat doa-doa yang dipanjatkan untuk meminta kebaikan kepada Allah SWT.
 
Busyro menyebut, lafadz-lafadz do’a yang diucapkan dalam salat mulai dari raka’at pertama sampai dengan salam mengandung aspek sosial yang kuat. Sehingga, kata Busyro bagi Muslim yang rutin melaksanakan salat harus menimbulkan kepekaan rasa terhadap realitas sosial di sekelilingnya.
 
“Dalam ibadah salat yang rutin dilaksanakan, do’a-do’a yang dipanjatkan di dalamnya bukan hanya untuk meminta kebaikan kepada diri sendiri, melainkan juga kebaikan dan kesejahteraan bagi orang lain,” kata Busyro saat mengisi Kultum Ba’da Dzuhur di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (10/7).
 
Menurutnya, perintah salat yang diturunkan kepada umat Muslim bisa dijadikan sebagai pijakan untuk ‘melek’ terhadap realitas sosialnya. Kemudian Busyro juga menjelaskan bahwa, gerakan salam dalam salat juga mengajarkan muslim untuk senantiasa menebar kebaikan dan keselamatan  bagi seluruh alam.
 
Sehingga, jika salat telah menjadi habit bagi muslim, seharusnya kemungkaran yang terjadi di dunia berkurang. Termasuk kemungkaran politik yang marak terjadi, bukan hanya di Indonesia tapi juga telah menjangkiti peta politik secara global.
 
Maka, menurut Busyro, muslim harus senantiasa bersyukur bagi yang masih diberi kesempatan untuk menjalankan salat dan bisa berbuat baik sebagai impact dari salatnya. Dalam Kultum tersebut, Busyro juga menceritakan tentang Mbah Mad, tetangganya yang telah berusia lebih dari 90 tahun.
 
Mbah Mad, kata Busyro, adalah sosok yang tekun dan menjadikan salat sebagai habitnya. Diusia senjanya, Mbah Mad di mata Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI ini adalah sosok yang menakjubkan. Pasalnya beliau masih sanggup menjalankan rutinitas salat berjamaah di masjid.
 
Dari refleksi hidup Mbah Mad, Busyro menjelaskan bahwa, membaca ayat-ayat Allah tidak semata hanya yang tertulis dalam Kitab Suci Al Qur’an (Qauniyah). Karena ayat Allah tersebar di seluruh penjuru semesta (Kauliyah). Pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah, dalam menjalankan aktifitas dakwah, mubaligh tidak harus selalu terpaku dengan ayat-ayat qauniyah, melainkan juga kauliyah.
 
Pengetahuan atas ayat-ayat kauliyah tersebut sebagai bekal mubaligh dalam menyampaikan ajaran Islam supaya tidak monoton dan tekstual. Melalui pemahaman terhadap ayat kauliyah, ajaran Islam bisa disampaikan dengan rileks dan santai, serta materi dakwah yang dibawakan bisa dengan tutur bahasa obyek yang didakwahi (mad’u), “bi lisani kaumihi”.
 
Dalam hal ini Busyro menegaskan kepada mubaligh supaya dalam berdakwah tidak terlalu kaku. Karena sudah terlalu banyak dan berat beban yang dipikul oleh umat. Maka materi dakwah kontekstual bisa disampaikan sebagai alternatif dakwah yang menyejukan dan menggembirakan. Karena Islam hadir bukan untuk mempersulit, melainkan untuk mempermudah kehidupan manusia. (a'n)

Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website