UNISA, Bukti Tidak Ada Pemikiran Muhammadiyah Menempatkan Perempuan di Belakang
Dibaca: 81
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG – Ikhtiar untuk mendirikan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Bandung akhirnya terwujud. Unisa Bandung yang diinisiasi oleh para perempuan berkemajuan ‘Aisyiyah diluncurkan pada Sabtu (17/10) via daring bersama Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Disampaikan Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PPA) bahwa dengan diluncurkannya Unisa Bandung ini menunjukkan betapa bersemangatnya gerakan ‘Aisyiyah untuk memberikan manfaat bagi kepentingan umat dan bangsa.
Kesyukuran atas peluncuran ini, kata Noordjannah tidak lepas dari ikhtiar bersama Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat (PWA Jabar) rektor, dan jajarannya.
“Kehadiran Unisa Bandung ini juga membawa amanah yang luar biasa bagi Rektor, Civitas Akademika dan para penyelenggara,” kata Noordjannah.
Oleh karena itu, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menyampaikan apresiasi dan terimakasih. Kepada seluruh pihak termasuk Penemerintah setempat yang telah berkontribusi memberikan dukungan dan bantuannya untuk terujudnya Unisa Bandung.
Noordjannah mempertegas bahwa kehadiran Unisa Bandung bukan karena kolusi. Pada kenyatannya Unisa Bandung memang telah memenuhi persyaratan dari Stikes berubah ke Universitas. Menurutnya, hal ini terjadi karena budaya yang ada di Persyarikatan Muhammadiyah, kalau punya target tertentu maka usaha untuk memenuhi target itu perlu dilakukan.
Noordjannah juga mengatakan bahwa kehadiran Unisa bandung bukan karena iba dari Pemerintah karena memandang perempuan tetapi konsekuensi dimana segala persyaratannya sudah dinyatakan lolos. Sehingga hal ini menjadi modal sosial yang perlu ditindaklanjuti dan ditingkatkan dengan pengelolaan yang amanah dan sebaik-baiknya.
“Baik amanah itu legalitas dari Pemerintah, legalitas Persyarikatan atau lebih besar lagi amanah dari umat,” tegasnya.
Kehadiran Unisa Bandung ini juga akan jadi pelengkap dari perguruan tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA) yang ada di Bandung, dimana sudah ada beberapa PTMA di wilayah bandung, yang tentunya diharapkan akan berkolaborasi secara penuh. Karena kehadiran PTMA tidak lain untuk menggerakkan dakwah Persyarikatan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
“Kami meyakini dan sudah terbukti bahwa kehadiran Unisa Bandung tidak akan mengurangi sedikitpun peluang kemajuan universitas (PTMA) yang sudah ada,” sambung Noordjannah.
PPA sendiri sedang terus ingin mengikhtiarkan hadirnya Unisa yang keempat. “Harapan kami unisa yang keempat itu ada diluar jawa supaya kita lebih bisa melebarkan ikhtiar-ikhtiar kemajuan itu,” kata Noordjannah.
Yang tidak kalah pentingnya, upaya PPA bersungguh-sungguh pada dua tahun terakhir untuk mengembangkan sekolah tinggi jadi politek, juga stikes jadi universitas karena dasar yang kuat. Dasar yang kuat itu, menurut Noordjannah, dipupuk bersama Muhammadiyah untuk mengembangkan dakwah dibidang Pendidikan dari tingkat PAUD ke Perguruan Tinggi.
Selain itu, lanjut Noordjannah, ‘Aisyiyah juga ingin membuktikan pandangan Muhammadiyah yang memuliakan perempuan sama dengan kemuliaan laki-laki. Maka peluang diberikan seluas-luasnya pada ‘Aisyiyah untuk mengembangkan dakwahnya ke semua bidang dan itu dalam rangka tujuan rumah besar Persyarikatan.
“Maka tidak ada lagi pemikiran Muhammadiyah untuk menempatkan perempuan dibelakang atau menempatkan perempuan tidak maju. Perempuan harus menjadi bagian yang sama-sama menggerakkan persyarikatan Muhammadiyah,” pungkasnya. (syifa)
Tags:
Arsip Berita