Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Buya Syafii: Islam yang Benar Ada Pada Jaman Nabi Muhammad SAW

Homepage

Buya Syafii: Islam yang Benar Ada Pada Jaman Nabi Muhammad SAW

Minggu, 14-07-2013
Dibaca: 4934

Bantul- Banyak tafsir dan pandangan dalam khasanah dunia Islam, perpolitikan pada jaman setelah Nabi Muhammad SAW turut memberikan kontribusi perbedaan pandangan dan perpecahan dalam kelompok Islam. Untuk itu dalam melihat segala permasalahan dan pencarian solusi seputar dunia Islam, referensi terbaik adalah melihat kembali Islam yang ada pada jaman Nabi Muhammad SAW.

Demikian disampaikan Penasehat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafii Maarif, saat memberikan materinya pada Pengajian Ramadhan 1434 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di gedung AR Fakhruddin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jum’at (12/07/2013). Syafii Maarif pada penyampaiannya menyatakan, ketidaktertarikannya pada persoalan Syiah dan Sunni yang sejak berabad abad tidak pernah tidak pernah dapat diselesaikan. “Saya tidak tertarik Syiah dan juga Sunni, karena Islam yang sesungguhnya ada dalam jaman Nabi Muhammad SAW, jangan terjebak (perdebatan Sunni – Syiah) di dalamnya,” tegasnya. Mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengatakan, perebutan masalah kekuasaan pada jaman Khulafaur Rasyidin atau setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW yang akhirnya membuat perpecahan di dalamnya, seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam agar tidak jatuh pada fanatisme berlebihan, dan mengembalikan segalanya pada apa yang ditauladankan Nabi Muhammad SAW pada masanya. Syafii Maarif menegaskan, dalam diri Rasulullah terdapat sifat Ihsan yang seharusnya menjadi landasan umat Islam dalam berperilaku sehari-hari, karena pada masa kini banyak perilaku umat Islam yang jauh dari keteladanan Nabi, terutama pada masalah akhlaq yangseharusnya ada kelembutan di dalamnya, serta bersatunya antara perkataan dan perbuatan.

Sementara itu menurut ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, berbeda dengan fikih yang hanya menggunakan dasar minimal, Ihsan melampaui atau melintasi dari sekedar yang dituntut dalam hal kebaikan. “Misalnya, harus santun terhadap orang yang jahil, bersilaturahmilah dengan orang yang memutuskan silaturahmi padamu. Dengan pemahaman bahwa setiap gerak kita diketahui Allah, maka kita akan melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya, dan bukan karena takut tetapi karena memang memiliki niat dan aplikasi yang baik,” jelasnya.(mac)


Tags: muhammadiyah pengajian ramadhan syafii maarif yunahar Ilyas
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: pimpinan pusat muhammadiyah



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website