Din: Mahasiswa UMM, Keluarga Besar Muhammadiya
Dibaca: 7707
Malang- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menutup acara Pengenalan Studi Mahasiswa Baru (Pesmaba) yang telah dilaksanakan selama tiga hari, Senin (22/08), di UMM Dome. Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP, menyatakan seluruh peserta Pesmaba dengan resmi dinyatakan sebagai mahasiswa UMM.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. DR. Din Syamsudin memberikan sambutan sekaligus menutup acara Pesmaba tahun ini. Sejumlah 5927 mahasiswa baru yang mewarnai UMM Dome dengan menyambutnya dengan warna Merah dan Putih. Ditengah-tengah acara, UMM memberikan kejutan kepada ribuan maba dengan pemutaran video berjudul “Jas Merah Kampus Putih” yang bercerita tentang nasionalisme UMM dan diperankan oleh mahasiswa baru UMM yang berasal dari pedesaan di Timika, Papua.
Dalam sambutannya, Din Syamsudin mengaku bangga kepada calon-calon pemimpin bangsa yang sudah dinyatakan sebagai keluarga besar UMM. Meskipun tidak semua mahasiswa baru berasal dari keluarga besar Muhammadiyah, namun Din meminta izin untuk memberikan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru sebagai keluarga besar Muhammadiyah. “Selamat datang dalam keluarga besar Muhammadiyah. Anda semua sangat bersyukur bisa menjadi mahasiswa UMM karena dari sekian banyak lulusan SMA, anda terpilih sebagai warga civitas akademika UMM,” ucap Din Syamsudin.
“UMM salah satu pusat pendidikan keunggulan Muhammadiyah. Kampus Putih mengandung arti bersih dan suci. Biarlah jaketnya merah yang penting hatinya suci. Mahasiswa adalah orang-orang yang memegang akhlakul karimah. Jadilah mahasiswa yang cerdas. Menjadi mahasiswa yang go…go…to success, the best, excellent, and the winner,” ujarnya menutup acara Pesmaba 2011.
Menjadi mahasiswa yang tangguh dan berkarakter, kata Din, adalah cita-cita yang harus diperjuangkan. Menjadi mahasiswa yang cerdas adalah penting. “Saya yakin mahasiswa UMM dalah mahasiswa cerdas dengan IQ tinggi. Karena jika tidak memiliki IQ tinggi, tidak bisa lolos dan diterima menjadi mahasiswa UMM.”
Agama Islam menantang umatnya untuk mendayagunakan akal pikiran. “Anda semua adalah insan-insan yang mau dan mampu menggunakan akal pikiran. Ada sebagian orang yang tidak mendayagunakan akal pikiran yang disebut irrasional. Kritisisme adalah ciri mahasiswa cerdas yang mampu menyeleksi dan berpikir maju. Berpikir kritis selalu bertanya dengan pertanyaan mengapa untuk mencari jawab dan factor-faktor penyebab,” jelas Din.
Din juga memberikan petuah-petuah kepada para maba, tangguh ditunjukkan dengan sikap tidak mau menyerah. Menurutnya, jika menjadi civitas akademika, banyak tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Jangan berputus asa karena putus asa di dalam Islam adalah cirri orang-orang kafir. “Menjadi mahasiswa tidak seperti SMA. Dosen tidak seperti guru. Dosen harus dikejar, maka jangan berputus asa dalam mengejar dan menghadapi tantanggan-tantangan itu,” tuturnya memotivasi 5972 mahasiswa baru.
Selain bermental kompetitif dan berkarakter, Din berpesan kepada mahasiswa baru agar tetap menjadi mahasiswa yang berakhlak, punya kesopanan, kesantunan, kearifan, serta kebijaksanaan. “Memang tidak mudah, tetapi pasti bisa. Saya mempunyai motto why not the best? Kalau orang lain bisa, kenapa saya tidak bisa untuk menjadi yang terbaik,” ungkap Din menceritakan pengalamannya.
Para mahasiswa baru sangat antusias menanggapi sambutan Din Syamsudin pada acara penutupan Pesmaba tersebut. Mereka saling berebut memanfaatkan momentum sharing bersama Din Syamsudin.
Noval, salah seorang mahasiswa baru dari Kendari menanggapi dengan menanyakan bagaimana menjadi mahasiswa cerdas, tangguh, dan berkarakter di lingkungan kampus. Din memberikan petuah bahwa untuk menjadi mahasiswa seperti itu mahasiswa jangan mudah terpengaruh dan harus istiqomah dengan selalu berjalan di jalan siratal mustaqim.
Berbeda lagi dengan seorang mahasiswa baru jurusan Bahasa Inggris yang meminta kiat agar tidak terpengaruh dengan kegiatan yang tidak bermanfaat di luar kampus. Din menyarankan agar para mahasiswa harus fokus pada tugasnya, yaitu belajar, namun juga harus aktif berorganisasi. Organisasi menurut Din banyak manfaatnya untuk mendukung studi, tetapi dengan tidak menelantarkan studi. Banyak kegiatan yang mengandalkan otot, tetapi mahasiswa harus mengandalkan otak. Kampus putih harus dibersihkan dari kelompok-kelompok yang mengotori kampus seperti teroris.
Ada pula Bambang Tiawan, mahasiswa baru yang selama bertahun-tahun menggembala kambing di sekitar UMM Dome hanya untuk bisa bersekolah hingga ia sekarang dapat berkuliah di FPP UMM. Ia mengomentari tentang mental-mental mahasiswa-mahasiswa yang tidak menghargai orang tidak mampu seperti dirinya. Din sangat apresiatif terhadap perjuangan Bambang karena calon pemimpin memang harus tegar, berwatak, dan berkarakter.
“Anda berarti sudah mempunyai nilai tambah dibanding mahasiswa lainnya karena sudah mempunyai pengalaman di lapangan sebelum masuk ke Fakultas Pertanian dan Peternakan yang jarang dimiliki mahasiswa lainnya. Dan tidak ada yang menyepelekan anda, orang miskin, maupun FPP. Indonesia adalah negara agraris, sehingga pendampingan terhadap para petani dan peternak sanga diperlukan. Namun jangan bangga menjadi orang miskin dan jangan menjadikan miskin adalah profesi. Nggak apa-apa jadi orang miskin, tapi selalu berusaha dan bercita-cita menjadi orang kaya. Menanggapi bahwa tidak ada yang menyepelekan dirinya atupun orang miskin,” jelas Din meluruskan pertanyaan Bambang.
Tags: umm, mahasiswa, din syamsuddin
Arsip Berita