Langkah Persyarikatan Menuju Gerakan Pencerahan
Dibaca: 2019
Makassar - Gerakan pencerahan dalam organisasi Muhammadiyah sudah digulirkan sejak Muktamar Muhammadiyah ke 45 tahun 2005 silam di Malang. Kini, sepuluh tahun kemudian, gerakan pencerahan masih menjadi gerakan yang relevan untuk diaplikasikan dalam dakwah praksis Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Hal itu disampaikan Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah dalam sidang pleno Muktamar Satu Abad ‘Aisyiyah Rabu kemarin (05/08) menyampaikan bahwa gerakan pencerahan Muhammadiyah lahir berdasarkan al-Qur’an yang menunjukkan Islam sebagai Diinu Tanwir (agama pencerahan). “Ada sebanyak 49 kata ‘Nur’(cahaya) dalam al-Qur’an yang menerangkan bahwa Islam adalah agama hidayah,” ucap Haedar. Haedar menambahkan bahwa konsep pencerahan dalam Islam berarti keluar dari era gelap menuju era cahaya yang diterjemahkan oleh Muhammadiyah menjadi gerakan pencerahan. Atas dasar ini, lebih lanjut, Haedar menambahkan bahwa gerakan pencerahan Muhammadiyah-‘Aisyiyah tidak sama dengan pencerahan (aufklarung) di Barat yang hanya berlandaskan logika dan humanisme.
Dalam sidang yang berlangsung di Balai Prajurit Makassar tersebut, Haedar mengungkapkan bahwa untuk mewujudkan gerakan pencerahan, ada lima langkah yang harus ditempuh oleh seluruh anggota persyarikatan. Pertama, gerakan pencerahan harus tercermin dalam ideologi. Kesungguhan dan ketangguhan pimpinan, imbuh Haedar,menjadi hal yang utama untuk menggerakkan para kader berkiprah di organisasi. “Pimpinan harus tahan banting, jangan aktif pas mau Tanwir, pas mau Muktamar,” Haedar memberi contoh.
Kedua, harus ada upaya terus menerus memajukan pola pikir para warga Muhammadiyah. Di hadapan forum Haedar mengusulkan untuk menghidupkan budaya diskusi dan membaca buku di lingkungan warga Muhammadiyah agar pemikiran berkembang.
Ketiga, pencerahan tercermin dalam Networking atau kerjasama. Kerjasama yang dimaksud oleh Haedar adalah kerjasama dengan berbagai pihak yang dilakukan secara efektif, produktif, dan tidak merusak tatanan sistem ideologi yang ada di persyarikatan. Lebih lanjut Haedar menekankan bahwa setelah hampir seratus tahun perjalanan jangan sampai rusak dengan berbagai kepentingan, “Harganya (ideologi)terlalu mahal. ‘Aisyiyah berusia satu abad, jangan rusak karena uang,” tambah Haedar.
Keempat, pencerahan melalui sumberdaya termasuk sumber daya manusia. Haedar berharap ‘Aisyiyah melakukan regenerasi melalui angkatan muda yang ada di organisasi Muhammadiyah seperti Nasyiatul ‘Aisyiyah dan kader yang menempuh pendidikan di amal usaha milik Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Terakhir, pencerahan harus teraktualisasi dalam bentuk praksis. Praksis dilakukan dengan membina akar rumput dan aset yang ada seperti mushola dan forum pengajian yang merupakan kekuatan Muhammadiyah-‘Aisyiyah sejak awal. Ketua PP Muhammadiyah ini mengajak warga Muhammadiyah untuk mengembangkan dakwah berbasis komunitas , yang pro aktif dan memberi alternatif ( Mida).
Tags: aisyiyah, muhammadiyah, muktamar, satu abad, gerakan pencerahan
Arsip Berita