Din Syamsuddin: Liberalisasi, Tantangan Muhammadiyah Hari Ini
Dibaca: 1531
Surabaya - Dalam paparannya di acara Konsolidasi PWM dan PDM yang bertema “Muhammadiyah Tantangan dan Agenda ke Depan”, Kamis (14/4), Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015 Din Syamsuddin mengatakan, saat ini umat Islam terjebak dalam arus liberalisasi. Arus ini telah membawa umat ke dalam dunia yang penuh dengan kebebasan.
Din mengatakan, liberalisasi telah masuk ke dalam ranah politik, ekonomi dan budaya. Dalam ruang politik, lanjut Din, umat Islam didesak untuk mengikuti sistem demokrasi. “Liberalisasi memaksakan demokrasi ke dalam sistem politik dunia. Saat ini, umat Islam telah menghadapi desakan politik liebralisasi ini,” terang Din seperti dikutip dari laman resmi PWM Jawa Timur pwmu.co.
Sedangkan dalam ruang ekonomi, liberalisasi telah memaksakan sistem kapitalis. Meski demikian, umat tidak begitu terasa dengan pemaksaan tersebut, sehingga umat Islam secara suka rela mengikuti grand design dari liberalisasi. “Kapitalisme menjadi sistem ekonomi yang merajai dunia. Semua secara tidak sadar tergiring dalam sistem ini,” katanya.
Yang terakhir adalah ranah budaya. Dalam ranah ini, pengaruh liberalisasi begitu dahsyat. Din menyebutkan, tayangan televisi Indonesia yang banyak menampilkan tontonan-tontonan tak mendidik adalah salah satu efek dari liberalisasi. Termasuk maraknya musik K-Pop yang menggurita di Indonesia.
“Dengan pengaruh liberalisasi yang luar biasa tersebut, maka budaya-budaya bangsa perlahan mulai luntur. Semakin lama, pengaruh liberalisasi dalam aspek budaya semakin mengerikan. Ini membuat kelestarian budaya Indonesia menjadi sangat mengkhawatirkan,” tutup Din.
Resmikan Fakultas Kedokteran UM Surabaya
Din Syamsuddin, MA kritisi semboyan “kampus sejuta inovasi” UM Surabaya saat hadiri undangan grand launching Fakultas Kedokteran UM Surabaya. Tokoh yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode 2005-2015 tersebut kritisi semboyan yang digagas oleh UMSurabaya tersebut terlalu berat untuk direalisasikan. “Jika orang jawa memakai kata sewu untuk menggambarkan sesuatu yang besar, orang arab justru memakai kata sab’ah (tujuh). Misalkan sab’as samawah yang berarti tujuh langit. Nah ini lebih dari seribu tetapi sejuta. Kalau karya inovasinya hanya beberapa saja, berarti semboyan ini perlu diganti”. Ucapnya saat memberikan sambutan dengan guyonan.
Din menambahkan bahwasanya inovasi juga adalah bid’ah. Bid’ah yang dimaksudkan adalah bid’ah budaya. Sehingga bid’ah yang demikian perlu untuk diperbanyak. UMSurabaya sendiri menilai bahwasannya semboyan yang diusung tersebut hanya untuk memberikan motivasi dalam berkarya. Untuk menjadikan kampus ini lebih progresif. (pwmu.co) (dzar)
Tags: muhammadiyah, pwm, jawa timur, konsolidasi, keumatan, islam,
Arsip Berita