Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

 

JAKARTA -- Indonesia adalah Negara Pancasila. Karena itu, Muhammadiyah memandang Indonesia adalah sebagai Darul Ahdi Wa Syahada. Yakni negara yang berdiri atas kesepakatan bersama. 

 

"Dia (Indonesia) tidak boleh lagi dibongkar. Sekali kita janji, harus kita pegang sebagai komitmen," ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam acara penandatanganan kesepakatan bersama Kementerian Pertahanan tentang Pembinaan Kesadaran Bela Negara, di Jakarta, Rabu (13/4) beberapa waktu lalu. Indonesia, kata Haedar, merupakan negeri milik semua warga negaranya. 

 

Karena itu, Indonesia, ia menuturkan, tidak boleh dianggap sebagai negeri lain. "Tempat kita bersaksi," ucap Haedar menegaskan ihwal Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. 

 

Pancasila, sebagai falsafah berbangsa, Haedar mendorong, agar benar-benar diimplementasikan di dalam kehidupan oleh masyarakat Indonesia. Jika Pancasila ini dihayati dengan baik, lanjut dia, bukan hal yang mustahil, Indonesia akan lebih maju lagi dibandingkan Negara yang ada di Asia.

 

Dalam kesempatannya, Haedar pun menyesalkan, apabila Indonesia sering disejajarkan dengan Vietnam, Kamboja, atau Laos. Sebab, Indonesia, menurutnya, memiliki daya saing yang lebih, bahkan jika disandingkan dengan Singapura atau Malaysia. "Kami yakin, bangsa ini bisa kita bangun ulang, bisa lebih maju dan unggul," terang dia.

 

Sekarang ini, Haedar memberitahukan, kelas menengah di Indonesia telah meningkat dengan cepat. Tak heran, tokoh-tokoh baru yang juga digandrungi kaum muda semakin hari semakin bermunculan. "Ini potensi besar," kata dia menilai kelas menengah dapat mendongkrak prestasi Indonesia.

 

Dengan demikian, Indonesia, harap doktor sosiologi ini, tidak menjadi bangsa yang selalu larut dengan masalah. Dan, di waktu yang akan datang, Haedar memberitahukan, Muhammadiyah akan menyelenggarakan Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan. Hal itu dilakukan, kata dia, agar dapat merangsang setiap individu menjadi agen-agen pencerah bangsa. (Reporter: Ilma Aghniatunnisa/ Redaktur: Ridlo Abdillah)