Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Begini Pandangan Pustakawan PP Muhammadiyah Ihwal Dunia Buku

Homepage

Begini Pandangan Pustakawan PP Muhammadiyah Ihwal Dunia Buku

Selasa, 17-05-2016
Dibaca: 1367

Jakarta -- Menjamurnya buku-buku di perpustakaan bukanlah hal yang mengherankan. Namun, buku-buku yang  banyak ditulis oleh para pemikir dan tokoh-tokoh besar ternyata masih belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Seperti hari ini, tanggal 17 Mei 2016 yang diperingati sebagai Hari Buku Nasional, justru tidak banyak orang yang mengetahui hari istimewa ini.

Staf Humas dan Protokoler Pimpinan Pusat (PP) Muhammaidyah, Zaenal Abidin mengatakan, kondisi perpustakaan, kini, begitu sepi dikarenakan lemahnya daya baca buku masyarakat. Padahal, ia memberitahukan, masyarakat bisa memanfaatkan buku di beberapa perpustakaan nasional, daerah dan swasta seperti perpustakaan daerah di Kuningan, Jakarta, perpustakaan Lembaga Ilmu Pnegatahuan Indonesia (LIPI), literatur buku Islam di Istiqlal, dan perpustakaan di universitas-universitas khusunya universitas Muhammadiyah.

Menurut Zaenal, orang yang datang mencari buku ke perpustakaan memiliki kepentingan tersendiri terutama kepentingan akademis. Misalnya, terang dia, orang tersebut tengah mengerjakan skripsi, tesis, disertasi, penelitian atau lainnya. Sedangkan orang yang ingin bertamasya bergembira di perpustakaan itu sangat jarang. “Belum merasakan bahwa buku itu, membaca, memiliki kenikmatan yang luar biasa,” ujar Zaenal dengan wajah khas sumringahnya kepada Muhammadiyah.or.id, di Jakarta, Selasa (17/5).  

Zaenal mengatakan, Muhammadiyah sebenarnya memiliki banyak pemikir. Kyai Ahmad Dahlan, misalnya, kata dia, banyak pemikiran atau gagasannya yang sudah dan belum tertulis. “Saya yakin, gagasan itu ternyata direalisasikan oleh penerus-penerusnya,” ujarnya.

Ihwal ini, Zaenal pun menuturkan, para tokoh Muhammadiyah sudah banyak juga yang berkontribusi menulis buku. Mas Mansyur, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, tambah dia, produktif dalam menulis buku. Kemudian, penulis buku produktif dari Muhammadiyah lainnya adalah Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih sering dikenal dengan sebutan Buya Hamka.

Separuh isi perpustakaan Muhammadiyah pun, kata Zaenal, dari 15 ribu buku, merupakan sumbangan Buya Hamka. Namun pada tahun ’80 an, buku Buya Hamka dibawa ke museum Hamka di Sumatra Barat. “Buya hamka  orang yang konsen, cinta buku, cinta ilmu pengetahuan, tapi pewaris-pewarisnya belum ada,” kata Zaenal.

Beberapa tokoh penting Muhammadiyah lainnya yaitu Abdur Rozak Fachrudin, Abdul Munir Mulkhan, dan Yunahar Ilyas. Mereka, sambung Zaenal, sangat produktif menulis buku. Dalam kesempatannya, Zaenal juga memuji kemampuan Yunahar sebagai seorang penulis. Menulis buku, kata Zaenal mengutip Yunahar, itu seperti ceramah. Apa yang dibenak tentang ceramah, kata Yunahar diceritakan Zaenal, keluar begitu saja lalu ditulis.

Pustakawan yang telah mengabdi di perpustakaan Muhammadiyah sejak 1997 ini menambahkan, tak kalah pentingnya, karya Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir pun memiliki karya tulis yang sangat banyak. Haedar Nashir memang dikenal sebagai penulis dan jurnalis yang sangat produktif di sela kesibukkannya. “Karya tokoh Muhmmadiyah tersebut akan abadi hidup selamanya,” ujar Zaenal.

Pada 17 Mei 2016 merupakan Hari Buku Nasional. Hari Buku Nasional ini ditetapkan mengikuti tanggal dicanangkannya Perpustakaan Nasional pada 17 Mei 1980. Pada 17 Mei lah, Indonesia memperingati hari yang istimewa bagi pecinta buku.

Reporter: Ilma Aghniatunnisa

Redaktur: Ridlo Abdillah 


Tags: muhammadiyah, hari buku nasional, buku, perpustakaan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website