Ideologi Muhammadiyah Ciri Khas Pergerakan Amal Usaha
Dibaca: 1884
MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Munawar Kholil mengatakan, pergerakan Muhamadiyah dapat dimulai dari perkaderannya. Ini untuk menumbuhkan dan menggelorakan semangat berMuhammadiyah.
“Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM), kita sudah punya. Maka semua komponen dalam Persyarikatan harus menjalankannya.,” ujar Munawar dalam PengajianRamadhan PP Muhammadiyah, di Gedung AR Fakhruddin B, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, Jumat (10/6).
Menurut dia, ada dua polaterkait SPM itu. Yang pertama, terang dia, SPM berjalan secara vertikalyakni berlaku dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah hingga Pimpinan RantingMuhammadyah. Selanjutnya secara horizontal, kata dia, SPM berlaku untuk pembantu pimpinan, organisasi otonom, dan amal usaha Muhammadiyah. “Sebuah kesatuan yang terintegrasi,” katanya.
Pada Muktamar Muhammadiyah 2015 di Makassar,ia memberitahukan, telahditerbitkan Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang baru. “Dalam SPM 2015, adanya perubahan tata kelola kurikulum, pendalaman danperluasan materi, penguatan proses danevaluasi pembelajaran, dan tata kelola penyelenggaraan,” ujarnya.
Menurut Munawar, amal usaha Muhammadiyah (AUM) pendidikandapat menjadiwahana kaderisasi. Dikatakan dia, sekolah danperguruan tinggi Muhammadiyah merupakan lembaga misi. Yaitu memiliki identitas catur dharma.Al Islam dan Kemuhammadiyahan menjadi ciri khas tersendiri dari lembaga pendidikan lainnya, sebut dia
Ia menyarankan, sekolah Muhammadiyahharus dibangun atas ideologi Muhammadiyah. Itulah, kata dia,praktek Muhammadiyah yang menggabungkan teori profesional dan ideologi Muhammadiyahagar adanya kolaborasi. Sehingga, Munawar menambahkan, tujuan menciptakanprofil kader Muhammadiyahakan tercapai. Dan hal ininantinya, sambung Munawar,bisa mewujudkanNegara Indonesia yang berkemajuan.
Selanjutnya, ia menerangkan, perkaderan di AUM pendidikan Muhammadiyahterbagi ke dalam empat poin. Pertama, pembinaan ideologi, yakni paham agama, dan etos tajdid. Kedua, pembinaan kepemimpinan, yakni adanya jiwa kepeloporan dan regenerasi.
Kemudian, ia mengatakan, pewarisan nilai dan tradisiyang menyangkut sikap dan karakter-karakter para karyawan danguru. Itu dengan nilai-nilai dalam Muhammadiyahbaik konsep kolektif kolegial, dan semangat menggembirakan.
Poin terakhir yaitu revitalisasi kader. Di bagian ini, menurut Munawar, perhatian terkait rekruitmensumber daya manusia perlu ditingkatkan, yaitu senantiasa memberdayakan kaderMuhammadiyah itu sendiri.
Kontributor: M fathi Djunaedy
Redaktur: Ridlo Abdillah
Tags: Muhammadiyah, Ideologi, Amal Usaha
Arsip Berita