Abdul Mu’ti: Orang yang Bertauhid Akan Melahirkan Jiwa yang Merdeka
Dibaca: 732
MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG -- Negara merupakan salah satu tempat bagi manusia untuk bergerak serta berorganisasi. Konsep Islam yang dijalankan oleh Muhammadiyah adalah konsep Islam yang baldatun toyyibatun wa robbun gofur.
Selain itu juga, Muhammadiyah selalu berpijak pada Al Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam bernegara. “Surat Al Imran ayat 110 menjadi salah satu ayat yang menjadi dasar bagi Muhammadiyah untuk berpraktek di negara,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti dalam Kajian Negara Pancasila dan Dar Al Ahdi Wa Syahadah di Hall Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (06/16).
Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa benar jika Muhammadiyah mempunyai konsep negara yang baldatun toyyibatun wa robbun gofur. Menurutnya, kata toyyibah ini mempunyai arti yang baik dalam berbagai ayat Al Quran yang ada.
Suatu contoh, dalam surat Ibrahim ayat 24 dinyatakan bahwa pohon yang baik akan tumbuh dan bermanfaat bagi sekitarnya. “Jika hutan kita dirawat dengan baik juga, akan menghasilkan hasil bagi sekitarnya juga baik,” katanya.
Dalam kajian yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa timur dan Pusat Studi Islam Filsafat (PSIF) UMM itu, Mu’ti menyatakan bahwa Muhammadiyah membagi Islam dalam empat bidang yang satu dan lainnya memang harus ada.
Pertama, bidang aqidah. Dalam bidang ini, lanjut Mu’ti, diartikan bahwa warga Muhammadiyah dan umat muslim seluruhnya harus bisa membagi antara mana yang harus dilakukan dan tidak. Islam yang digunakan oleh umat muslim adalah Islam yang sebenar-sebenarnya dan tidak tercampur dengan ajaran yang lain.
“Harus ajaran Islam yang hanifan muslima, harus yakin dan bertauhid. Orang yang bertauhid akan melahirkan jiwa yang merdeka, dan sejatinya ajaran tauhid ini merupakan ajaran yang membawa spirit,” jelas Ketua PP Pemuda Muhammadiyah periode 2002-2006 tersebut.
Bidang selanjutnya adalah bidang ibadah. Bidang ibadah ini terbagi menjadi dua yaitu antara ibadah yang mahdoh dan goiru mahdoh. Dalam ibadah mahdoh, katanya, tidak ada pengurangan dan penambahan dalam melakukannya. “Semuanya harus sesuai dengan Al Quran dan Hadist ketika bicara tentang ibadah mahdoh,” ujarnya.
Ketiga yaitu bidang muamalah, dalam bidang muamalah ini semua kegiatan dapat dilakukan namun tetap harus berpegangan pada Al Quran dan Hadist. Yang terakhir yaitu bidang muamalah duniawi. Bidang ini juga di dalamnya menuntun bagaimana caranya bernegara dan berhubungan antar manusia.
Menurut Mu’ti, bernegara ini sunnatullah yang tidak bisa diabaikan. Bernegara juga memiliki pedoman yaitu Al Quran dan Hadits.
“Prinsip yang dipegang dalam bernegara harus sesuai dengan pedoman yang ada, jika pengaplikasiannya bebas,” jelas lulusan Flinders University itu.
Dan keempat, yaitu tentang Akhlak yang memang menjadi tujuan Nabi Muhammad diturunkan di dunia. Tentang Akhalk inipun, diulas di dalam Himpunan Putusan Tarjih.
Kontributor: Abdul Jalil
Redaktur: Ridlo Abdillah
Tags: Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, Konsep Negara, Aqidah, Akhlak, Ibadah, Muamalah
Arsip Berita