Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Bangun Generasi Muslim dengan Karakter Berkemajuan

Homepage

Bangun Generasi Muslim dengan Karakter Berkemajuan

Kamis, 28-10-2016
Dibaca: 873

MUHAMMADIYAH.OR.ID, KANAZAWA- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir,  dalam kunjungannya ke Jepang, berkesempatan memberikan ceramah pengajian di hadapan jamaah Ishikawa Muslim Society (IMS), Kanazawa. Dalam pengajian tesebut Haedar menyatakan, bahwa umat Muslim di mana pun berada haruslah menunjukkan uswah hasanah (teladan terbaik) sebagai golongan yang memiliki karakter berkemajuan yang utuh dan teraktualisasi dalam kehidupan.

“Lihatlahlah bangsa Jepang, mereka non muslim dan konon banyak yang tidak beragama atau tidak percaya pada Tuhan, tetapi mampu mempraktikkan karakter hidup yang unggul dan dapat dicontoh bangsa lain,” ucap Haedar, Jumat (21/10) bertempat di Masjid Umar bin Khattab.

Haedar mencontohkan, orang Jepang, jika ada barang hilang dikembalikan ke si empunya. Kalau dalam waktu lama pemiliknya tidak dijumpai diberikan kepada penemu pertama. “Dalam Islam perilaku seperti itu disebut liqathah, menemukan barang orang untuk dikembalikan. Manakala dalam tempo satu tahun tidak ada yang merasa memiliki atau tidak dijumpai pemiliknya maka si penemu boleh memilikinya,” jelas Haedar.

Tapi apa yang sering terjadi di dunia Islam? Di Tanah Air Indonesia yang mayoritas muslim, kalau ada barang hilang sulit kembali. Barang yang ada pun sering tidak aman. Di masjid bahkan jamaah merasa tidak nyaman dan aman menyimpan sandal atau sepatu atau barang lain, padahal di tempat ibadah.

“Di mana letak kejujuran dan amanah bagi kaum muslimin? Kita masih perlu belajar lama untuk menjadi berkeadaban mulia, meski memiliki konsep al-akhlaq al-karimah. Ini soal pembiasaan dan pembudayaan", ujar Haedar.

Haedarjuga mengingatkan tentang pentingnya karakter Islam yang diwujudkan menjadi karakter berkemajuan. Menurut Haedar, orang Islam itu pertama harus shaleh dalam kepribadian, sebagai pantulan dari iman dan akhlaq karimah. Bahasa umumnya religius, yang melahirkan kesalehan pribadi dan sosial, yang terpantul dalam sikap humanis dalam kehidupan sehari-hari. Baik humanis terhadap sesama seiman seagama, maupun humanis terhadap orang lain yang berbeda agama sebagaimana suri teladan Nabi.

“Karakter kedua, ialah cerdas-berilmu. Sebagaimana ajaran Iqra, setiap muslim harus terbiasa membaca. Membaca ayat-ayat Qurani maupun Kauniyah. Dengan membaca menjaei berilmu. Maka umat muslim akan menjadi cerdas secara intelektual. Kecerdasan dan penguasaan ilmu itulah yang akan menjadi pilar membangun peradaban Islam yang unggul. Inilah ciri generasi ulul albab,” pungkas Haedar.

Kembali dilajutkan Haedar, yang Ketiga, generasi muslim harus memiliki karakter mandiri. Kemandirian adalah bekal menjadi otonom, yang dalam bahasa Nabi "yad al-'ula" (tangan di atas) sebagai lawan "yad al-sufla" (tangan di bawah). “Umat muslim akan kuat dan berdaya saing tinggi jika mereka mandiri secara kepribadian, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan mandiri maka tidak akan tergantung kepada siapapaun,” lanjutnya.

Keempat, karakter sosial. Orang Islam harus peduli terhadap sesamanya, lebih-lebih bagi yang dhuafa-mustadhafin. Muslim harus menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain, itulah ciri  insan terbaik. Dengan sikap sosial seperti itu tumbuh jiwa altruis dan solidaritas sosial yang tinggi.

“Kini ketika banyak orang makin egois, yang hanya mementingkan diri dan kehebatan sendiri, diperlukan sosok-sosok solider yang peduli terhadap sesama. Inilah karakter ukhuwah Islam yang autentik,” ucap Haedar.

Pengajian ini merupakan kesempatan baik bagi IMS untuk bersilaturahim dan berdialog dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah bersama rombongan yang turut hadir, diantaranya Achmad Dahlan Rais, Ketua PP Muhammadiyah,  Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Umum PP Aisyiyah,  serta rombongan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta yang merupakan satu rangkaian dari kunjungan ke Korea Selatan dan Jepang untuk menggalang kerjasama dengan sejumlah Universitas di dua negara tersebut, satu di antaranya bahkan telah menandangani MOU (Memorandum of Understanding) yakni dengan Kyundong University, Korea Selatan, untuk Education Collaborative Programm.(adam)

 

(adam)

 


Tags: muhammadiyah, islam, agama, berkemajuan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: internasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website