Muhammadiyah - Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah
.: Home > Berita > Nasyiatul ‘Aisyiyah Pelajari Budaya Positif Bangsa Jepang

Homepage

Nasyiatul ‘Aisyiyah Pelajari Budaya Positif Bangsa Jepang

Jum'at, 20-01-2017
Dibaca: 285

 

MUHAMMADIYAH.OR.ID, JEPANG - Jepang adalah negara yang sangat pesat kemajuannya, yang dibangun dengan kerja keras dan pondasi budaya positif dari masyarakatnya. Seperti masyarakat negara maju pada umumnya, orang Jepang sangat tertib dan menghargai waktu.

Dikatakan Nur Wakhidatul Muflihah yang kerap disapa Lika, bendahara PP Nasyiatul ‘Aisyiyah yang berkesempatan mengunjungi Jepang dalam program pertukaran pemuda Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) pada 10-17 Januari 2017, atas undangan dari Japan International Cooperation Center (JICE).

"Dalam kunjungan singkat kami, ada banyak sekali budaya positif bangsa Jepang yang mungkin kita sudah banyak tahu, tapi merasakan sendiri kehidupan di Jepang, sungguh berbeda rasanya. Ini sangat bermanfaat bagi kami di Nasyiatul Aisyiyah," ungkap Lika, Jum'at (20/1) berdasarkan siaran pers yang diterima Muhammadiyah.or.id.

Lika mengatakan saat baru saja tiba di Jepang, suasana tertib sudah ia rasakan. "Setelah mendarat di Bandara Narita, kami menaiki bus untuk menuju Tokyo. Sebelum bus melaju, seluruh penumpang harus dalam keadaan duduk dan memakai sabun pengaman. Terlebih saat akan memasuki jalan tol, peringatan untuk memakai sabuk pengaman selalu diberikan," tuturnya.

Menurut Lika, budaya tertib bangsa Jepang juga dapat dilihat dari kebiasaan mengantre sebelum naik transportasi umum. Calon penumpang bus tertib mengantre dalam satu barisan sebelum masuk bus. Begitu juga untuk kereta. Tanpa diperingatkan, calon penumpang kereta akan memberi kesempatan penumpang yang akan turun untuk turun lebih dahulu sebelum mereka naik ke kereta.

Dalam hal kebersihan, orang Jepang juga begitu tertib hingga kebersihan selalu terjaga. "Tong sampah sangat jarang ditemui di jalan-jalan umum, kecuali di rumah. Warga Jepang mengantongi sampahnya dan membuangnya di rumah masing-masing. Jenis tempat sampah pun dibagi menjadi sampah plastik, sampah kaca, dan juga kertas,” jelas Lika.

Lika juga salut pada kebiasaan orang Jepang dalam menghargai waktu. "Sebagai orang Indonesia yang terkenal dengan jam karetnya, kami agak kesulitan di hari-hari pertama kami disana. Akibatnya kami tiba di ruang orientasi dan kuliah mepet sebelum acara dimulai, sementara penceramah sudah lebih dahulu datang menunggu kami," ungkapnya. "Syukurlah kami bisa cepat beradaptasi dengan ritme waktu orang Jepang. Jadi budaya tepat waktu itu hanya perlu pembiasaan supaya bisa jadi kebiasaan," tambahnya.

Menurut Lika, orang Jepang sejak kecil diajarkan untuk mandiri dan bekerja keras. "Sejak sekolah dasar, sekolah dipilih yang dekat dari rumah sehingga anak dapat pergi ke sekolah sendiri," paparnya. Ia mengatakan orang Jepang tidak tergantung pada pelayanan orang lain. Di beberapa restoran, konsumen akan mengangkat piring kotor dan sisa makanan ke tempat yang disediakan. Di beberapa swalayan juga terlihat konsumen membungkus sendiri belanjaannya.

Sebagai negara yang sering dilanda bencana, Lika mengatakan Jepang sangat memperhatikan mitigasi bencana. "Saat sampai di hotel, kami mendapat pengarahan untuk keadaan darurat jika terjadi bencana, dan memastikan kami mengetahui arah jalur evakuasi. Di dalam kamar hotel juga dilengkapi dengan senter sebagai antisipasi jika terjadi bencana," papar Lika. "Mereka sungguh sangat mengutamakan keselamatan," imbuhnya. (adam)

 


Tags: muhammadiyah, nasyiatul, 'aisyiyah, jepang, budaya
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: nasional



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website