Haedar Nashir : Perlu Dialog Antarkomponen Bangsa
Dibaca: 326
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah situasi keumatan dan kebangsaan yang kompleks dan sarat pertentangan atau kontroversi saat ini sungguh berat beban dan tanggung jawab organisasi Islam moderat seperti halnya Muhammadiyah dan NU untuk menyelesaikan semua masalah. Menurut Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, ada banyak situasi rumit seputar isu kebhinekaan, radikalisme, terorisme, intoleransi, dan sejenisnya yang satu sama lain memiliki persepsi sendiri dan keadaannya tumbuh karena banyak faktor.
Pada saat yang sama masalah bangsa juga rumit dan banyak yang sensitif seperti kesenjangan sosial, TKA ilegal, korupsi, kenaikan harga-harga, hubungan Indilonesia dengan luar yang menyentuh isu kedaulatan, dan masalah krusial lainnya.
“Di tengah situasi tersebut muncul masalah penistaan agama yang banyak pihak saling berhadapan posisi, yang boleh jadi di belakangnya banyak kepentingan ekonomi politik dan lainnya. Sikap dan pandangan cenderung ekstrim atau radikal dalam paham keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal juga tumbuh bersamaan satu sama lain saling memperebutkan tafsir dan kepentingan,” jelas Haedar.
Ditambah agenda Pilkada serentak dengan segala situasi politik dan kepentingannya khususnya di DKI, yang kian menambah eskalasi situasi panas. Peristiwa 212 pun mulai memasuki fase baru proses kapitalisasi pikiran dan kepentingan baik yang pro maupun kontra, yang memungkinkan bertautannya ranah keagamaan dan ekonomi politik serta lalulintas peran aktor yang beragam kepentingan.
Bagi Muhammadiyah, sambung Haedar,dan mungkin organisasi moderat lain masalah tersebut tidak sederhana. Akan selalu ada tarik menarik posisi dan kepentingan. “Muhammadiyah berusaha maksimal ikut menyelesaikan masalah keumatan dan kebangsaan yang rumit dan kompleks itu. Tetapi Muhammadiyah tidak ingin pula hanya melihat dan menyelesaikan persoalan kompleks tersebut dari hilir dan secara instan,” sambungnya.
“Selain itu ibarat pesta, Muhammadiyah dan mungkin NU juga tidak ingin harus cuci piring kotor, meski mulia dan tidak harus pilih-pilih peran, tanpa peta jalan dan model penyelesaian masalah secara komprehensif serta melibatkan seluruh komponen bangsa termasuk dan lebih-lebih pemerintah dan kekuatan politik,” ungkap Haedar.
Situasi kebangsaan saat ini sebenarnya krusial dan berat. Antarkomponen bangsa cenderung berjarak, saling tuding, saling tidak percaya, dan sampai batas tertentu saling unjuk kekuatan. Karenanya semua pihak penting saling menahan diri dan mau mencari titik temu dengan dialog dan bertukar pikiran yang dewasa.
“Bangsa ini terlalu berat untuk ditanggung satu dua pihak. Bangsa ini jg tidak bisa dipertaruhkan dengan pikiran dan kepentingan jangka pendek,” ungkap Haedar kepada redaksi muhammadiyah.or.id
“Maka mari berjeda untuk memikirkan jalan bersama demi keselamatan dan masa depan Indonesia. Kiranya perlu dialog nasional yang bertahap dan berlapis untuk menyelesaikan masalah besar bangsa ini,” pesan Haedar. (mona)
Berita Nasional
Tags: muhammadiyah, dialog, kebangsaan, Indonesia, Haedar Nashir,
Arsip Berita